Minggu, 20 Juli 2014

Quotes dan Testimoni tentang Novel "Amelia"

Quotes kali ini saya ambil dari novel berjudul "Amelia" karangan Tere Liye yang baru saya baca saat ini. 


Iya, saya cuma pinjem dari perpus

"Dalam urusan apapun, penting sekali memiliki ilmunya. Maka, anak-anak sekalian, tuntutlah ilmu sejauh mungkin, rengkuh dia dari tempat-tempat jauh, kumpulkan dia dari sumber-sumber terbaik, guru-guru yang tulus, agar terang cahaya kalian, terang oleh ilmu itu. Jangan bosan karena waktu. Jangan menyerah karena keterbatasan. Jangan malu pada ketidaktahuan..."-Nek Kiba (halaman 324)


"Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tak tinggalkan busur tidak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu (cendana) tak ubahnya seperti kayu biasa jika didalam hutan."-Novel Amelia halaman 326

"Jangan terlalu didengarkan, Amel. Sepanjang kau tahu persis apa yang kau lakukan, cakap oranglain tidak perlu terlalu dimasukkan ke dalam hati." -Mamak (halaman 331)

Buat kamu yang lagi cari pemahaman hidup, buat yang lagi nggak bisa bersyukur, buat yang merasa hidupmu tidak bahagia dan sebagainya, recommended banget buat baca buku ini. Buku ini adalah salah satu buku dari Serial Anak-Anak Mamak karangan Tere Liye. Banyak teman-teman saya yang menyukai buku-buku Tere Liye, tapi jarang yang suka dengan Serial Anak-Anak Mamak ini. Katanya tebel lah terus males baca, katanya sampulnya nggak menarik, atau apalah. Tapi aku kok berpikir mereka nggak sukannya karena sinopsisnya atau looknya yang mengisahkan tentang dunia anak-anak kampung. Padahal kalau mau baca, buku ini nggak cuma mengisahkan tentang dunianya anak-anak aja, tapi lebih dari itu buku ini menyajikan pelajaran hidup yang luar biasa. Tak jarang saya menangis, tertawa, terharu sampai tersenyum miris saat membaca buku-buku serial ini. Memang hanya kisah sederhana, namun sangat mengena di hati, buat kamu yang peduli dan punya pemahaman yang baik.


Main, Main, dan Main

Hari terakhir proyek Ngimcil. Masih banyak banget sebenarnya cerita masa kecil yang ingin saya bagikan pada kalian. Tapi, ingatan saya terbatas. Setelah baca blog teman-teman, saya minder deh. Kok mereka ceritanya tentang prestasi atau pengalaman mereka yang membanggakan di waktu kecil gitu ya? Duhhh saya minder gilak. Pas kecil, saya nggak pernah ikut begituan, paling pol ya cuma menang lomba mewarnai tujuh belasan dulu. Saya juara pertama, hadiahnya botol minum. Yang juara dua sama tiga, malah hadiahnya tempat bekal makan. Yaa mungkin panitianya melihat kondisi saya yang cungkring dan item ini, jadi mereka memberi saya botol air minum dengan harapan saya segera terlihat fresh gitu. Ha-ha garing banget.

Terus saya ingat pas dulu udah pindah di kampung saya yang sekarang. Itu sedang masa-masanya anak kampung kami giat belajar. Saya waktu itu kelas lima SD. Dan itu juga sedang ada kakak-kakak KKN. Hampir tiap hari kami les geratis di rumah tetangga yang juga salah seorang KKN itu. Dari situ saya mulai mengenal teman-teman kampung saya lebih luas lagi, tidak hanya di daerah sekitar tempat tinggal saya.

Saya juga ingat kalau di kampung saya yang baru, saya kerjaannya main terus. Entah itu petak umpet, kasti, gobak sodor, sampai permainan khas perempuan banget seperti barbie, bongkar pasang, ingkling, dakon, atau masak-masakan. Yang paling sering dimainkan oleh kami adalah permainan Yabe. Itu sejenis permainan yang alatnya berupa sebuah bola tenis dan pecahan genteng yang ditumpuk-tumpuk. Ada dua tim dalam permainan itu. Setiap tim berjumlah tiga orang atau lebih. Cara bermainnya yaitu, tim yang bermain pertama-tama mencoba melempar bola ke arah tumpukan pecahan genteng dalam jarak yang telah disepakati. Apabila kena, maka tim yang bermain akan mencoba menyusun pecahan itu kembali namun jangan sampai terkena bolal. Tim yang jaga beusaha mematikan lawan agar tidak sampai berhasil menuntaskan menyusun pecahan itu, dengan cara "mengebuk" lawan dengan bola. Yah begitulah kira-kira. Saya yakin kamu yang waktu kecil tinggal di desa juga tahu permainan ini, hanya saja namanya yang berbeda.

Oh ya, saya dulu juga sering main lompat tali atau yeye. Kalau yeye namanya yeye jepang dan satu lagi apa ya itu lupa namanya. Ada lagi permainan yang matanya ditutupin dan harus mencari seseorang dan harus menebak siapa orangnya gitu. Terus saya juga suka buat baju barbie sendiri. Desain sendiri, jahit tangan sendiri. Lalu dulu ada salah seorang teman kecil saya yang sengaja saya dan teman-teman lain "kancingi". Maksudnya dianya ada di luar, dan kami di dalam rumah salah satu teman. Tapi teman yang punya rumah sengaja kunci pintunya, karena sudah kita sepakati. Jadi lah seorang teman yang ada di luar tersebut menangis. Waktu itu sih, alasannya kita sebel sama dia karena dia orangnya egois banget. Sedikit sadis kelihatannya, tapi ya begitulah kehidupan kecil saya bersama teman-teman saya. Hari ini bermusuhan, besok sudah bermain bersama lagi.

Ah, mungkin memang saya tidak punya prestasi waktu kecil dulu (sekarang pun iya). Namun, saya sangat bersyukur akan kehidupan kecil saya. Kehidupan seorang anak desa biasa, yang kerjaannya main, main, dan main sampai kulit menghitam. Indahnya.




Sabtu, 19 Juli 2014

Obsesi


Waktu saya TK dulu saya pernah terobsesi memiliki gaun pesta. Biar seperti princess-princess yang ada di cerita sleeping beauty, snow white, atau bauty and the beast itu loh. Oh ya, saya dulu paling suka sama putri aurora entah mengapa ya.

Itu pertamanya karena saya ikut ibu saya ke tempat kuliahnya ibu dulu. Nah, di sampingnya itu ada toko busana anak-anak. Walaupun hanya melihat dari luar, saya langsung terpesona dengan gaun itu. Saya membayangkan bagaimana rasanya jika saya memakai baju itu, tentu akan cantik sekali. Dan saya pun merengek-rengek pada ibu saya agar dibelikan gaun itu.

Lama, ibu saya baru mengabulkan keinginan saya itu. Sebuah gaun pesta berwarna kuning dengan panjang selutut. Ada manik-manik di bagian dadanya dan mengembang di bagian pinggang sampai lutut. Mirip dikit lah sama foto di atas.

Gaun itu hanya saya pakai satu kali. Lalu saya simpan, dan tiba-tiba saat saya mencobanya ternyata gaun itu telah kekecilan di badan saya. Lagipula, saya sudah tidak tertarik. Akhirnya gaun itu diberikan pada seorang tetangga. Ah, goodbye obsesiku.....

Kamis, 17 Juli 2014

Simbah

Kemarin, saya bercerita saat saya tinggal di Durungan. Sebenarnya, di Durungan itu saya tinggal di rumah simbah saya.

Rumahnya sangat sederhana, dengan tiga kamar tidur, sebuah ruang keluarga yang didalamnya terdapat televisi dan dipan, sebuah tempat sholat, dapur serta kamar mandi. Di depan rumah terdapat tempat duduk memanjang yang terbuat dari semen. Lalu ada halaman kecil yang lantainya terbuat dari semen (juga) yang menghubungkan rumah simbah dengan rumah pakdhe saya. Di halaman terdapat dua pohon mangga yang telah tumbuh besar, dan sebatang pohon sirkaya. 


Saya ingat, dulu simbah saya selalu menyimpan sarimi di soblok, yang diletakkan di kamarnya. Dulu kalo pengen sarimi, tinggal minta simbah aja. Ibu sih udah ngelarang, nggak boleh makan mie terlalu sering. Tapiii, simbah selalu kasih kalo saya minta sarimi. Terus saya juga pernah ikut simbah jualan di Pasar Bendungan, pulangnya naik angkot, duduk di depan sendiri. Terus simbah itu suka nonton sinetron. Itu lho sinetron Mak Lampir yang ada di indosiar itu. Terus saya sering ikut-ikutan nonton hahaha. Ah, kangen simbah. Baik-baik ya di sana, Simbah.



Rabu, 16 Juli 2014

Ramadhan Masa Kecilku

Saat ini Bulan Ramadhan. Bulan yang paling saya tunggu-tunggu waktu kecil dulu. Sekarang juga masih, sih. Tapi, ada suatu kesedihan jika mengingat Bulan Ramadhan ini.

Dulu, saat Bulan Ramadhan, kampung saya ramai dan meriah. Ramai oleh aktifitas anak-anak. Dulu, di mushola kampung saya, ada pesantren kilat. Lalu di akhir ramadhan, anak-anak yang rajin berangkat ke mushola akan diberi hadiah. yang perempuan berupa jilbab putih instan dengan tepi berenda dan bunga-bunga kecil tepat di atas rendanya. Yang laki-laki? Kurang tau, hahaha. Saya waktu itu selalu memikirkan apakah saya ramadhan kali ini akan mendapat hadiah atau tidak, sampai-sampai tak memperhatikan orang lain. Dan saya selalu dapat, meski hadiahnya ya kerudung yang itu-itu saja, sama seperti ramadhan tahun sebelum-sebelumnya, hanya mungkin warna bunga-bunga di tepinya yang berbeda. 

Lalu bertambah umur, saya dan teman-teman mulai bandel. Saya sangat ingat saat ramadhan waktu saya kelas lima SD. Saat itu di kampung saya, anak-anak seusia saya sehabis takjilan di mushola, pergi ke depan rumah salah satu tetangga. Mau apa? Mau melihat anak-anak laki-laki bermain bola api. Tapi bolanya kecil gitu kayaknya, lebih besar dikit dari bola softball lah kira-kira. Terus bola itu dikasih minyak dan diberi api. Nggak tau bola itu terbuat dari apa kok bisa api itu terus menyala dan tidak membakar bola. Coba tanyakanlah pada rumput yang bergoyang  ahli kimia. Dan kemudian setelah api menyala anak laki-laki pada mainin bola itu seperti main sepakbola gitu. Nggak tau kenapa mereka bisa nggak kepanasan saat menyentuh bolanya, padahal kaki mereka telanjang. 

Selain anak laki-laki yang bermain sepak bola api, kita juga suka menyalakan kembang api. Kadang kembang api tetes, kadang juga membuat sup buah bersama, dan anak laki-laki pada minta seenaknya padahal mereka nggak ikut buat dan urun bahan. 

Ah dan tentu saja, kita seperti anak-anak lain, anak kampung saya juga suka bersepeda atau jalan-jalan sehabis sholat subuh. Kadang, ada anak yang dengan seenaknya meninggalkan ceramah pagi sehabis sholat subuh hanya untuk bersepeda. Habis bersepeda atau jalan-jalan kita balik lagi ke sekitar mushola. Menyalakan mercon, menjahili teman lain. Bermain. Main di depan mushola. Kebanyakan anak laki-laki pada main petak umpet, atau apa sih itu yang lempar-lempar sendal terus pada sembunyi gitu. Mirip sih sama petak umpet. Kalau saya dan beberapa teman perempuan  saya sukanya main berbie atau bongkar pasang atau kalau nggak masak-masakan. Iya, sepagi itu. Dan itu beneran nggak  ngerasa ngantuk. Semangat banget deh kalau yang namanya main. 

Jaman udah berubah. Saya dan teman-teman sepermainan pun tumbuh, dari anak-anak menjadi remaja seperti sekarang. Semakin lama, Ramadhan di kampung kami semakin sepi. Tidak ada acara pesantren kilat atau hadiah di akhir ramadhan. Tidak ada yang bermain sehabis magrib. Bahkan, takjilan pun, teman-teman sepantaran saya sedikit sekali yang datang. Sibuk sendiri-sendiri. Beberapa memang sibuk, beberapa malas. Tidak ada lagi bersepeda, jalan-jalan, atau bermain setelahnya. Kebanyakan karena malas dan ngantuk. Sepi. 

Mungkin memang sudah bukan waktunya bermain-main lagi. Tapi apa tidak bisa kah, sesekali kita berkumpul bersama lagi? 

Selasa, 15 Juli 2014

Teletubbies


Tontonan saya waktu kecil tidak lain adalah Teletubbies. Tinky Winky, Dipsy, Laa-laa, dan Po. Tinky Winky warnanya ungu, Dipsy warnanya hijau, Lala kuning, dan Po merah. Mereka itu penampakannya kaya apa ya? Kayak tuyul kalo saya bilang hahaha. Di perut mereka ada persegi panjang yang sewaktu-waktu bisa seperti televisi gitu deh. Dan di atas mereka ada semacam simbol yang berbeda-beda. Mereka tinggal di sebuah kawawsan berbukit-bukit berwarna hijau. Mataharinya berwarna kuning dan ditengahnya ada wajah bayinya yang suka ketawa-ketawa sendiri. Saya masih inget tuh lagunya. 


"Tinki Winky, Dipsy, Lala, Poo... Teletubies.....Teletubies....Ucapkan haloo? Aa oooooo....." 



Terus kalo matahari udah tenggelam pasti ada alat entah itu apa sebenarnya, yang bilang, 



"Saatnya Tabi berpisah.....saatnya Tabi berpisah...."




Si keempat makhluk Tabi ini punya peliharaan, tapi robot gitu. Bentuknya kalo saya itu mikirnya seperti gajah, soalnya ada belalainya. Eh kayaknya itu penghisap debu ya? Entahlah. Dulu, saya sih sukanya yang Poh. Itu lho yang merah, yang paling unyu sendiri. Kalo Lu'lu', sukanya yang kuning, si Lala. Oh iya jadi inget dulu tuh Lu'lu' pas awal SD juga suka nonton film india, ini beneran hahaha. 


Ini tontonnku, apa tontonanmu?

Saat Saya di Durungan

Waaah maaf bangetttt saya bener-bener lupa proyek yang satu ini. Kebanyakan mikirin wawancara sih. Duh saya kok udah jadi pelupa akut ya? huhuhu.

Jadi ceritanya saya kali ini mau mengikuti proyek menulis yang diadakan oleh Padakacarma (lagi). Namanya 7 Hari Ngimcil. Eits..... jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Ngimcil ini singkatan dari Ngisahke Masa Kecil. Diadakan selama tujuh hari dari Senin, 14 Juli 2014 sampai Minggu, 20 Juli 2014. Karena saya beneran lupa, jadi saya hari ini mau ngepost 2 tulisan deh ya? ._.

Saat Saya di Durungan
      
Kali ini, saya ingin menceritakan ketika saya tinggal di Desa Durungan RT 45 RW 21, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. Entah kenapa sampai sekarang saya masih bisa ingat sampai ke RT RW nya, padahal udah lama pindah dari situ.

Di sana lah saya menghabiskan masa kecil saya dari lahir hingga taman kanak-kanak (TK). Saya menghabiskan waktu dengan bermain bersama kakak saya yang dua tahun lebih tua dari saya, Mbak Hani, dan kedua sepupu saya yang merupakan anak dari Pakdhe saya yang rumahnya berhadapan dengan rumah yang saya tempati. Mereka bernama Ipang dan Lu'lu'. Ipang itu lebih tua setahun dari saya sedangkan Lu'lu' seumuran dengan saya.

 Kalo membicarakan soal bermainnya apa aja sih, jujur saya agak lupa-lupa-ingat gitu. Saya ingetnya kita pas main kejar-kejaran gitu, terus Ipang punya koleksi mobil-mobilan kecil seperti hot wheels gitu. Kata Lu'lu' di sms tadi sih, kita dulu mainnya yeye (itu lho yang pake karet disambung-sambung terus loncat-loncat), bekelan, cublak-cublak suweng, dan lain-lain. Iya, sekarang saya mulai ingat. Yeee. Selain itu kita juga suka dakon, tukeran binder yang saat itu lagi hits-hitsnya. Terus ngaji di sebuah gedung yang katanya angker. Kalo belanja di tempatnya Mbak Kasirah.

Terus saya sama Lu'lu' masuk TK. Kita selalu berangkat berdua, pulang berdua. Nggak kayak anak sekarang yang kebanyakan ditungguin kalo di TK. Di situ kita juga lagi seneng-senengnya. Kalo pas di TKnya saya sukanya main sama seorang anak laki-laki, namanya Munir, haha. Mainan balok kayu warna-warni, meronce, menggambar, nusuk-nusuk kertas pake jarum (lupa namanya). Terus di depan TK ada kursi panjang, ayunan, perosotan, terus apasih namanya yang kotak-kotak kalo nggak bunder seperti bola dunia yang terbuat dari besi itu, tempat kita gandul-gandulan. Favorit saya sih perosotan yang saat itu terbuat dari semen (juga). Tapi di dekat perosotan itu ada pohon apa gitu, gede, yang banyak kepiknya. Itu lho kepik, semacam serangga yang bisa terbang tapi baunya masaAllah. Nah saya pernah tuh suatu hari pas di halaman TK. Waktu itu saya pake seragam olahraga, tiba-tiba dari punggung saya kecium bau menyengat gitu, eh ternyata ada si kepik. Waktu itu saya nggak njerit-njerit, cuma nangis dengan hobohnya. Ah inget banget. Dulu itu pas istirahat TK jajannya es lilin, kalo nggak salah harganya dua ratus perak. Terus sama jajanan yang harganya seratus rupiah gitu, mie-mie seratusan gitu deh. Terus juga suka jajan Roti Bali yang bungkusnya gambar penari bali.

Di belakang TK ada rumah temennya Mbak Hani, namanya Mbak Raras. Nah kalo Mbak Hani main ke rumah Mbak Raras saya sukanya ngintilin, karena di rumah Mbak Raras ada DVD Petulangan Sherina. Iya dulu saya cuma mau numpang nonton Petualangan Sherina kalo di rumahnya Mbak Raras hahahaha. Soalnya filmnya bagus banget. Paling inget sih yang pas adegan Sherina dan Sadam yang lagi ledek-ledekkan lewat lagu gitu. "Dia pikir, dia yang paling hebat. Merasa paling jago, dan paling kuat......" Ah kangeeeen, pengen nonton lagi.


Duh mendadak saya pengen culik doraemon, dan merampas mesin waktunya. Kalo nggak, pintu kemana-saja, aja deh. Kurang bahagia apa lagi coba, masa kecil saya?



Penampakan kita. Pada melongo kenapa sih >,<

 Piknik TK. Hayoo saya yang mana?

Dini Lu'lu' {}

Selasa, 08 Juli 2014

Kesakitan

Kesakitan itu tiada batasnya
Perih
Sedih, karena ini berlangsung satu periode sekali
Frustasi, kenapa ini harus terjadi

Bertanya, mengapa hanya  beberapa perempuan yang harus mengalami ini
Di dera rasa sakit
Di mana kita dianggap sedang tidak suci
Dilarang beribadah

Hanya bisa bertahan saat rasa ini tiba
Sesekali melakukan sesuatu yang mungkin bisa menghilangkan sakitnya
Datang bulan mereka menyebutnya
Indah namanya, Bulan
Tapi, mengapa harus menyakiti?
-Aku yang sedang didera rasa sakit

Minggu, 06 Juli 2014

Mimpi

        Semalam aku bermimpi. Pukul setengah empat pagi aku terbangun dari mimpi itu, dan langsung menangis. Menangisi mimpiku, menangisi kenyataan, menangisi nasib. Sungguh aku seperti telah kehilangan banyak hal. Harapan, mimpi, cita-cita. Aku merasa tidak berguna. Aku selalu saja seperti ini, pengecut. Tidak berdaya. Mengapa? Mengapa harus seperti ini? Aku seperti telah salah arah. Tak mungkin berputar balik. Pasrah, akan waktu yang terus berjalan, rintangan yang terus menerjang. Aku kabur olehnya. Aku hancur.



               Hari ke-21. 21 hari menulis.

Sabtu, 05 Juli 2014

Life




Hari ke-20. 21 hari menulis.

Memilih Pemimpin


*Memilih pemimpin

"Pemimpin" itu adalah kita semua. Yang memimpin kejujuran diri sendiri, memimpin kepedulian, berbuat baik, menafkahkan hartanya dijalan yang baik, bahkan termasuk definisi "pemimpin" kalaupun hanya memimpin menjaga diri sendiri dari hal2 merusak. Dengan pemahaman ini, maka genap sudah maksud dari nasehat nabi kita yang tercinta bahwa semua orang adalah pemimpin. 

Apakah negara kita rusak jika yang jadi presiden buruk? Tentu saja tidak, sepanjang "pemimpin2" di hati kita semua melakukan fungsinya. Tidak akan kejadian, karena akan ada yang saling mengingatkan, saling menasehati. Indonesia itu punya siapa? Apakah punya rakyat Indonesia? Ya, bukan. Ada yang maha memiliki, yang sekaligus juga maha penyayang  Percayalah, kita yang punya HP saja dirawat baik2, takut banget rusak. Atau punya buku, pun dirawat dan dijaga, apalagi dalam kasus ini. Ada yang maha merawat semua urusan. Kita cuma bisa berusaha, sisanya adalah keputusan mutlak yang di atas. 

Jadi, jika kalian adalah pemilih pemula, bingung dengan kecamuk masalah pilpres ini, maka tidak perlu berkecil hati. Cukup putuskan sesuai dengan nurani dan keyakinan kalian. Apakah kita akan berdosa jika ternyata pilihan kita itu besok lusa ternyata jahat. Tidak. Saya tidak sependapat jika kita berdosa atas pilihan tersebut, sepanjang kita telah berikhtiar memilih yang terbaik. 

Yang berjanji itu bukan kita, jika ada yang khianat, maka dialah yang menanggung dosanya. Yang bilang si A oke, si B keren, pun juga bukan kita; kita hanya mengamati, mendengar, lantas memutuskan dengan hati2. Kalau ternyata informasi itu salah, palsu, dusta, bukan salah kita. Karena kita adalah produk terakhir dari proses tersebut. Nah, yang harus dipikirkan adalah: jika kita terlibat dalam "janji" tersebut, terlibat dalam menyebarkan informasi2 tersebut, atau kitalah yang berusaha habis2an mendukung jagoan pilpres, membuat orang lain jadi salah pilih, silahkan berpikir. Karena siapapun bertanggungjawab penuh jika melakukannya. 

Jaga jarak dengan akun2 yang sibuk bertengkar. Jika terganggu, unfollow, unlike, atau berhenti ikuti. Besok lusa, kalau sudah pilpres, silahkan ikuti lagi jika merasa ada manfaatnya. Jangan terpancing menanggapi sesuatu, karena sekali kita terpeleset, susah payah berdiri lagi, minimal kaki kita ikut kotor. Kalau sampai hati dan akal sehat yang kotor, lebih repot lagi. 

Pada akhirnya, tentukan pilihan kalian dalam hati, yakini. Besok pas hari H, datang ke TPS, pilih. Maka selesai tugas kita memilih. 

Sambil diingat dan direnungkan, sekali lagi akan saya tulis: "Pemimpin" itu adalah kita semua. Yang memimpin kejujuran diri sendiri, memimpin kepedulian, berbuat baik, menafkahkan hartanya dijalan yang baik, bahkan termasuk definisi "pemimpin" kalaupun hanya memimpin menjaga diri sendiri dari hal2 merusak. Dengan pemahaman ini, maka genap sudah maksud dari nasehat nabi kita yang tercinta bahwa semua orang adalah pemimpin. -Tere Liye




Hari ke-19. 21 hari menulis.

Pagi

                Aku duduk sendiri. Di sebuah bangku panjang yang terbuat dari bambu. Di tepi jalan setapak. Ditemani pepohonan rimbun yang mengelilingi.
Burung-burung terbang lepas. Dari kejauhan terdapat suara ayam berkokok.  Suara jangkrik juga masih terdengar. Sungguh harmoni yang indah.
 Angin pagi bersentuhan dengan kulitku. Dingin, menyejukkan, menenangkan. Kuhirup dalam-dalam.

Aku memandang ke ufuk timur. Menatap langit pagi yang masih berwarna abu-abu. Menunggu matahari.


Hari ke -19. 21 hari menulis.

Kamis, 03 Juli 2014

Gaje

               Hari ini ke sekolah. Mau wifian sekalian liat calon adik kelas. Soal pengeboman sih, nggak tau ya mau liat atau engga. Sekarang lagi di hall. Udah rame sih nggak seperti awal saya datang tadi. Yaiyalah orang saya tadi  datang jam delapan kurang dikit. Bingung mau nulis apa, nggak ada ide. Rame juga soalnya. Perutku udah krucuk-krucuk lagi. Jam segini emang jadwalnya perutku keroncongan gini sih. Koneksi internetnya juga lumayan sih. Lumayan lemot maksudnya. Jadi, nggak bisa nulis banyak-banyak. Udah gitu aja ya. Hehe. Nggak jelas? Emang.




Hari ke-18. 21 hari menulis.

Rabu, 02 Juli 2014

Day With Close Eps 4: Kemenangan Cabe, yeay!(1)



Jagoan itu emang selalu menang di akhir (eaeaa).
                Setelah dua kali kalah, kita bangkit di permainan selanjutnya. Mungkin efek dari tahu sarang burung dan nagasari yang kita makan.
                Permainan kali ini saya namain egrang tali. Soalnya emang kayak egrang Cuma ada tali-talinya gitu. Kelompok Cabe yang main egrangnya Ajik, yang megangin talinya kita semua sisanya. Gunanya tali buat keseimbangan, jadi kalau misal terlalu condong ke kanan, Ajik bakal menginstruksikan agar yang megang tali sebelah kiri narik talinya. Ajik top banget pas main ini, jadinya kita bisa menang. Yeee, akhirnyaaaaa.
                


                Selanjutnya ada permainan kekompakan kelas(lagi). Di situ ceritannya kita harus berayun seperti tarzan dan harus nempatin satu dari enam belas kotak puzzle yang masih kosong gitulah. Yang pasti, kita sukses juga melewati tantangan ini. Nih, saya kasih fotonya.










Aduh saya kira ini tadi udah keposting, ternyata belum. kebalik deh. Maaf, besok kalau ada waktu aku edit-edit lagi. Sekarang keburu mau pulang.



Hari ke 16(1). 21 hari menulis.

Kawan

“Di sekitar kita ada kawan yang selalu hadir sebagai pahlawan.” 
― Andrea HirataEdensor



Hari ke-17. 21 hari menulis

Day With Close Eps 5: Kemenangan Cabe (2)


                Terus ada permainan namanya kemacetan lalu lintas. Pokoknya gimana caranya agar lalu kemacetannya bisa diatasi. Aku nggak terlalu dong sih aturan dan strateginya. Ini gambarnya:
                       Tenang, tim Cabe menang kok.



                Terus ada permainan ambil bola. Di sini masing-masing tim berusaha mengambil bola sebanyak-banyaknya. Caranya ya seperti yang di foto itu._. kakinya nggak boleh ngelewatin batas, dan anggota tubuhnya semua nggak boleh juga ada yang sampai menyentuh tanah di zona di mana bola berada. Akhirnya Cabe menang lagi, selisihnya dua bola sama Embung.
                Dan akhirnya sampai pada permainan terakhir.  Sayang sekali nggak ada fotonya. Permainannya namannya menyusun bambu aja deh. Ada tiga level dalam permainan itu. Level pertama aku lupa car nyusun-nyusunnya, yang pasti itu si Ajik yang nyelesein. Sedangkan tim Embung belum berhasil nyelesein level satu waktu Cabe masuk ke level dua. Di level yang kedua itu, bambu-bambu kecil yang panjangnya sekitar setengah meter di tata oleh pemandunya menjadi berbentuk II + III = III. Terus kita disuruh ngerubah tatanan penjumlahannya, tapi nggak boleh ngerubah tatanan hasilnya. Tapi Cuma satu bambu yang boleh dipindahin/dirubah. Bingung, tapi akhirnya Etika berhasil menemukan caranya, jadi gini nih : I+I+I=III. Pas ini Embung udah masuk level dua, tapi belum nemu caranya. Terus kita masuk ke level tiga. Dan setelah pada mikir keras akhirnya bisa! Saya nggak sempat lihat hasilnya gimana, udah keburu dibubrah soalnya. Dan mbak Ida bilang kalau level tiga ini belum ada yang bisa nyelesein sebelumnya. Uuuuu, Cabe emang hebat bangettt.
                Akhirnya, selesailah permainan hari itu. Habis itu ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi (mah nyanyi). Habis mandi kita semua makan bareng di rumah limasan gitu. Makan sop dan ayam kremes, minumnya jus jambu. Nikmat banget, apalagi makan bareng temen-temen gini.
             Abis makan kita iuran, ngitung-ngitung duit. Saya nggak ikut ngitung, tapi ikut main uno._. Dan setelah itu kita berselfie ria. Enggak deng, karena waktu itu udah jam dua siang, akhirnya saya nggak sempet selfiean sama temen-temen lain. Saya harus rela pulang duluan karena harus ke Kaca. It’s okeeey :”)

             
                  Totally fun. What a beautiful day.



Hari ke-16(2). 21 hari menulis.

Day With Close Eps 3: Kemenangan Embung

                Hey selamat bertemu di episode 3. Kok judulnya gitu ya? Yaaa nggak apa-apa dong nyenengin grup Embung dulu wkwkwk.
          Setelah tubing, selanjutnya kita main isi galon. Di sini saya sendiri lho yang ngarang nama permainannya apa, soalnya saya nggak inget nama permainan aslinya apa. Yang diinget pas mainnya doang J Tapi kalau yang di episode 2 itu emang nama permainannya Tubing tapi saya nggak  tau nulisnya yang bener gimana._.
Isi Galon



                Ini lokasi permainannya di bawah jembatan kecil, di samping lokasi kita waktu sesi pemanasan. Seperti yang sudah terlihat di atas, isi galon adalah permainan kekompakkan tim di mana tugas kita harus mengisi  galon tersebut dengan air sebanyak-banyaknya. Aturannya kita berbaris seperti gambar di atas, kemudian kita mengisi galon tersebut dengan cara menyalurkan air melalui sebuah pipa yang kedua ujungnya bolong, dari si penyuplai air ke teman di belakangnya. Lalu yang paling dekat dengan galon menuangkan air yang ada dalam pipa tersebut.

Pius dan Lela

Ajik dan Viko mesra ya!
                Sayangnya pada permainan kali ini kita, kelompok Cabe kalah. Penyebabnya mungkin saya. Waktu di perjalanan yang paling banyak bocor pipanya adalah waktu di tangan saya.  Soalnya tangan saya kecil banget bukkkk.  Nih lihat nih:




                    Kalau masih nggak percaya besok kalau ketemu buktiin sendiri deh!
                Oke, 1-0 untuk tim Embung. It’s okay. Masih banyak permainan yang bisa diperjuangkan. Ceileh hahaha.
            Selanjutnya adalah permainan kekompakan kelas. Satu kelas kerjasama semua buat menyelesaikan suatu tantangan. Tantangannya yaitu terdapat pipa yang gede dan panjang(lihat gambar) yang bawahnya ada tutupnya kalau yang ini. Ada dua buah bola di dalamnya. Kita semua ditantang untuk mengeluarkan bola tersebut dari pipa. Masalahnya, terdapat lubang-lubang kecil yang banyak di seluruh dinding pipa.

                Awalnya, kita nggak pake strategi. Saking bersemangatnya mungkin. Siapa yang ngisi lubang itu, siapa yang ngisi lubang ini, bebas. Alhasil kita nyerah pada percobaan yang pertama. Semua pada melepaskan jari mereka yang sebelumnya menutupi lubang dan wusss, air langsung mengucur dengan derasnya.
                Setelah tiga kali ganti posisi, dan yang terakhir akhirnya kita pake persiapan matang, akhirnya kita berhasil juga mengeluarkan bola itu. Pegelnya langsung hilang deh begitu kita berhasil mengeluarkan bola tersebut. Dan akhirnya kita foto-foto lagi dong.

                Permainan selanjutnya adalah adu kekompakan lagi antar tim lagi. Namanya memindahkan bola dan kelereng dengan tali. Hahaha nggak kreatif banget namanya. Lokasinya sama waktu kita sesi pemanasan tadi. Pasti udah bisa pada nebak dong gimana jalan permainannya, orang ada gambarnya gitu. Yah intinya kita memindahkan bola dan kelereng dari ujung yang satu ke ujung lainnya. Pas mindahin bola sih enak, pas kelereng itu yang susah. Dan tim Cabe kalah lagi. Awakdewe rapopo. Masih ada permainan yang bisa diperjuangkan. Fighting!!!



Udah serius masih aja kalah....


Ini koneksinya lagi lemot banget. Segini dulu deh. Besok fotonya tak tambahin kalau sempet._.
See ya di episode selanjutnya!




Hari ke-15(2). 21 hari menulis.

Renungan?


          Masa muda kalian terlalu berharga untuk dikorbankan hanya karena seseorang yang kita duga cinta sejati. Kalianlah yang akan menjalani kehidupan tersebut. Apa yang kita lakukan hari ini, akan mencerminkan apa yang terjadi di masa depan. Barangsiapa yang mulai memikirkan masa depannya, tekun menggapai mimpi2nya, maka akan seperti itulah masa depannya. Tapi barangsiapa yang hanya asyik dengan hal2 tidak penting, akan kemana masa depan yang kita siapkan? Dan kabar buruknya, tidak akan ada yang mau tukaran masa depan dengan kita. Orang lain mungkin bersedia membantu, menolong, tapi pasti ogah menjalani kehidupan kita.

         Boleh galau? Ya boleh2 saja. Namanya juga anak muda. Tapi jangan berlebihan. Apa batasan berlebihan itu? Mudah. Selalu berikan kesempatan kita memikirkan sesuatu minimal dua kali. Apakah ini lebay? Apakah ini overdosis? Renungkan sendiri sebelum melakukannya. Itu efektif sekali membantu mendefinisikan versi belerbihan tersebut.

          Masa muda adalah masa paling cemerlang untuk menentukan masa depan kita. Maka kelilingilah muka bumi ini, lihat begitu banyak tempat, gapailah cita2 terbaik kita, rengkuh mimpi2 termasuk yang paling tinggi sekalipun; rasakanlah pengalaman2 menakjubkan, belajarlah banyak hal, timba ilmu sebanyak mungkin, bermanfaat bagi orang banyak, itulah janji terbaik yang dimiliki anak muda. Jangan habiskan dengan bocor dan tumpah berserakan soal perasaan saja. Ada banyak kesempatan terbaik dalam hidup ini, bukan soal "Aqhu kangen sama kamoe", atau "Sudah sahur belum, Beb". 
 
         Ssttt, sebagai penutup, ketahuilah, tentu saja urusan cinta kita itu sudah ada penulis skenarionya. Bukan sutradara, bukan novelis, apalagi penulis amatiran Tere Liye, melainkan penulis skenario terbaik, yang maha tahu isi seluruh semesta alam--apalagi isi hati manusia. Percayakan saja pada penulis skenarionya.
 
        Copas dari statusnya Tere Liye hari ini.




         Hari ke-14(2). 21 hari menulis.


Keteteran

  
                Saya pikir ikut seperti ini gampang. 21 Hari Menulis. Soalnya, saya suka dan seneng. Tapi pas ngejalaninnya, keteteran juga. Minggu kemarin sebenarnya saya bisa posting, tapi mendadak perpusda tutup jadi mau tidak mau saya harus hengkang dari tempat tersebut.
                Perpusda Wates itu ya, sekarang udah nyaman banget. Udah ada AC nya, udah ada wi-fi yang kecepatannya super, udah bukunya banyak. Nyaman banget deh. Terutama yang lagi kehabisan kuota modem seperti saya ini, hehehe.
                Lho, kok jadi ngomongin perpusda? Soalnya ini ngepostnya di perpusda. Hari ini ngepost tujuh posting sekaligus. Gara-gara nggak ngepost dari hari minggu. Tapi saya buat tulisannya di rumah, nah baru ngepostnya doang di perpusda. Soalnya takut seperti kemarin lagi. Posting belum selesai malah udah tutup perpusnya.
                Tapiiiii, di perpusda hari ini tumben lemot banget koneksinya, ada anak-anak kecil yang pada berisik lagi. Huft, nasebbb.
                  Habis ini mau ngidupin Wi-Fi hp. Pasti langsung klang-klung-klang-klung gara-gara grup bbm Ipa 5.





Hari ke-15(1). 21 Hari Menulis.




GGS

                Sekarang saya lagi di perpusda. Dan rasanya pusing banget. Entah karena koneksinya lemot, entah karena kunciran rambut saya yang terlalu kuat, entah karena puasa, entah karena ada anak-anak yang berisik banget untuk ukuran di sebuah perpustakaan.
                Tapi yang paling ngganggu sih ya si anak-anak berisik ini. Mereka udah ada waktu saya ke sini. Dan you know? Mereka daritadi ngomongin sinetron GGS. Ganteng-Ganteng Serigala. Ngomongin pemainnya. Aliando yang ganteng lah, Prilly Latuconsina lah, si Galang yang sebenernya ganteng tapi udah punya istri tapi lebih masih ganteng Aliando, Tristan. Ngepoin biodata nya Aliando. Buseeet, anak-anak SD sekarang tontonannya gitu ya? Padahal sinetron itu kan jelas tontonan buat remaja. Padahal banyak adegan mesra-mesraan gitu. Apa pantes ditonton anak SD? Ah, kacau.

Hari ke-14(1). 21 hari menulis.