Minggu, 11 Mei 2014

(review) Tentang Mereka

          Halo. Jadi hari ini tugasnya adalah mereview kakak-kakak alumni alias Padakacarma minimal 500 kata. Bingung sebenarnya ini maksudnya bagaimana. Bukankah kebanyakan tulisan review itu berupa review buku atau film ya? Nah tapi ini tugasnya adalah mereview kakak-kakak alumni. Bagaimana ini? Saya bingung. Tapi berhubung saya orang yang patuh, saya akan tetap mengerjakan tugas ini sebisa saya dan dengan sejujurnya menurut perspektif saya. Jadi maaf kalau nanti ada yang berpikir "kok gini sih?" 

          Yang pertama saya akan mereview Mbak Niken. Mbak Niken itu orangnya cantik, putih, dan berjilbab. Pertama ketemu dia sewaktu sesi wawancara. Iya, dia yang mewawancarai saya. Waktu itu dia mewawancarainya dengan Mbak Bila, tapi dia yang lebih banyak berbicara. Dia itu orangnya terkesan serius, mungkin karena memang waktunya harus serius sih. Dia orangnya juga baik, dan nggak pernah terkesan menggurui kalau dia sedang menjelaskan sesuatu, tidak sombong pula. Dia tidak pernah merasa bahwa dia lebih hebat atau lebih senior dibanding kami, para calon kaca.

          "Pokoknya kita di sini belajar sama-sama ya. Aku belajar, kalian juga belajar," katanya di sela-sela menjelaskan materi.

          Yang paling saya pikirkan dari Mbak Niken adalah dia itu sepertinya sangat mendukung saya. Entah benar atau tidak. Mungkin saya cuma kegeeran. Dia yang mewawancarai saya dan meloloskan saya, dan dia juga yang sekarang menjadi pembimbing saya bersama ketiga teman lain di kelompok pertama. Dia juga bisa memotivasi saya sewaktu sesi wawanacara dulu. Dia bilang bahwa orang lain tidak akan bisa merubah kita, tapi hanya kita sendiri lah yang bisa merubah diri kita sendiri. Overall saya senang sekali yang mewawancarai dan membimbing saya selama Sekolah Kaca kemarin adalah Mbak Niken, walaupun dua hari terakhir dia tidak datang. Sedih, padahal saya sudah print tugas saya. :(

          Selanjutnya saya mau mereview Mas Anas. Mas Anas adalah salah satu orang yang memegang bagian teknisi pada Open Recruitment Kaca#24. Saya menganggap demikian karena dia lah orang yang bisa atau harus kami hubungi ketika kami ingin bertanya, ketika harus izin, ketika mengundurkan diri, dan hal-hal teknis lainnya. Tapi pernah satu kali saya bertanya lewat sms namun tidak dibalas. Oke yang terakhir itu tidak penting.

          Saya mempunyai cerita lucu tentang Mas Anas. Waktu itu sedang berlangsung sesi bimbingan. Saya bersama Trias dan Andreas, juga kakak pembimbing yaitu Mbak Niken dan Anistya. Ketika itu Trias sedang bertanya contoh straight news dengan suatu tema yang saya lupa. Mbak Niken dan Anistya sudah berpikir keras, namun tidak bisa menemukan contoh yang pas. Nah karena itu Mbak Niken memanggil Mas Anas dan menanyakan tentang contoh straight news tadi. Kebetulan kelompoknya Mas Anas sudah bubar terlebih dahulu. Lalu tidak lama kemudian Mas Anas bisa memberikan contohnya.

          Setelah itu Mas Anas pamit dan berkata bahwa ia ada tugas di kampusnya yaitu drama. Ada yang bertanya "Lha kowe dadi opo?" (Lha kamu jadi apa?). Pria berkacamata itu pun menjawab dengan mantap bahwa ia berperan sebagai pemilik ayam. Lalu tiba-tiba Mbak Niken bercerita dengan antusias bahwa di rumahnya, Mas Anas memelihara ayam yang ayamnya itu adalah ayam yang dicat warna-warni merah kuning hijau begitulah. Yang katanya sekarang sudah besar dan warnanya jadi putih. Mas Anas lalu mengatakan bahwa ada satu ayam yang tidak dia sembelih karena dia sayang dengan ayam itu.

          "Terus nek njuk ora dibeleh arep diapakke?" (Terus kalau tidak disembelih akan diapakan?)

          "Yo ben mati dewe,"  jawab Mas Anas. (Ya biar mati sendiri)

        Hal itu membuat saya dan dua teman saya tertawa. Dan hal itu juga membuat saya sadar bahwa mereka yang saya pikir selalu serius ternyata tidak juga. Saya hanya melihat satu sisi mereka yang serius tanpa tahu sisi yang lain. Pelajarannya di sini adalah, don't judge the people by it's cover. Jangan menilai seseorang dari sisi luarnya saja.

          Selain mereka, banyak kakak-kakak lain yang istimewa dengan tingkah dan sifatnya masing-masing. Seperti Mbak Linda yang tomboy. Yang paling saya ingat adalah saat ia mengucapkan kata-kata "hanjuk ngopo?" dengan nada suara yang begitulah. Kemudian ada Mbak Dinju yang kataya kepala sekolah di sini. Dinju itu singkatan dari kata "Dinda Juga." Ceritanya dulu sewaktu Mbak Dinju ini masuk Kaca, sudah ada yang nama panggilannya Dinda. Jadi dia yang harus merubah namanya. For your information saja kalau di Kaca itu semua nama panggilan harus berbeda. Kalau sama, salah satu harus ada yang diganti. Mbak Dinju ini juga pernah hilang waktu habis di Kaca. Orang satu Kaca pada panik. Sudah dicariin kemana-mana dan ternyata dianya lagi menunggu hujan reda di pinggir jalan.

          Ada juga Mbak Dita, Mbak Ameng, Anistya, Mbak Kenia, Mbak Desti dan masih banyak yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Yang pasti menurut saya sendiri sih, mereka adalah orang yang bisa beradaptasi dengan keadaan. Di kala mereka harus serius, mereka akan serius. Di kala suasananya terlalu kaku, mereka akan mencairkan suasana dengan cara bercanda mereka masing-masing. Mereka juga tidak pernah mengeluh misalnya saat kita tidak mengerti akan penjelasan mereka dan mereka akan dengan senang hati mengulang penjelasan itu lagi. 
          
       Terakhir, saya ingin berterimakasih kepada semua yang terlibat di Sekolah Kaca empat hari ini. Kepada kakak-kakak yang telah memberikan ilmu, perhatian, waktu, dan kesempatan kepada saya. Sekali lagi terimakasih. Sungguh empat hari kemarin adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan.
       
          Sudah. Kepanjangan nggak sih? Enggak kan? Kok tiba-tiba jadi teringat sesuatu ya? Sepertinya ada yang pernah bilang begini.

           "Akan ada saatnya di mana nanti kamu akan menulis terlalu banyak dan bingung harus mengurangi dibagian mana."

          Kira-kira, siapa ya yang berkata demikian?


          

Sabtu, 10 Mei 2014

(Feature) Sisi Lain Air Minum dalam Kemasan

      Pernahkah kamu berpikir bahwa satu botol plastik dapat menjadi sebuah gunung besar di tengah laut?

       Menurut kalian, manakah yang lebih efektif antara membawa air minum dari rumah ketika berpergian, atau membeli air minum kemasan?

       Tahukah kalian, penelitian di AS membuktikan bahwa faktanya air minum kemasan berasal dari air kran. Jadi sebenarnya sama saja antara air yang biasa kita minum dirumah. Tapi yang paling mencengangkan, ternyata orang-orang di AS meminum lebih dari setengah juta botol air setiap hari. Jumlah itu cukup untuk melingkari bumi lebih dari lima kali. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

      Hal ini disebut permintaan yang dimanifaktur. Jika perusahaan ingin terus tumbuh, mereka harus menjual barang lebih banyak lagi. Pada tahun 1970an semua perusahaan minuman ringan khawatir ketika mereka mulai sadar bahwa proyeksi pertumbuhan mereka mulai berhenti. Mereka pun akhirnya mendapat ide cemerlang yaitu membuat air mineral dalam kemasan. Mereka mulai dengan taktik membuat orang takut pada air kran dan menyembunyikan kejelekan dari produk mereka. 

      Mereka mengiklankan produk mereka dengan gambar-gambar pegunungan yang masih alami dan bersih. Padahal sebenarnya, sebagian besar air mereka berasal dari air kran yang disaring. Namun semakin lama, kebohongan mereka semakin dalam. Salah satu perusahaan minuman ringan bahkan pernah mengatakan "air kemasan botol adalah produk konsumen paling bertanggung jawab terhadap lingkungan di dunia."

      Bagaimana bisa mereka mengatakan demikian? Padahal botol air kemasan yang berupa plastik tersebut dibuat dengan diambil dari banyak minyak dan energi yang sebetulnya dapat mengisi tangki satu juta mobil. Kemudian minyak itu digunakan di pabrik untuk membuat plastik itu dan kemudian diedarkan ke seluruh dunia dan hanya kita minum dalam dua menit. Lalu setelah itu plastik-plstik tersebut akan kita buang di tempat sampah dan ditaruh di pembuangan sampah.

     Lalu apa yang terjadi dengan plastik itu seterusnya? Ternyata sebagian besar hanya dibiarkan menumpuk menjadi gunung di pembuangan sampah tersebut dan terpendam selama ribuan tahun, atau dibakar yang kemudian asapnya mengakibatkan polusi udara. Ada juga yang dikirim ke India dan ditaruh begitu saja di halaman belakang rumah orang. Hanya sedikit yang didaur ulang. 

    Penelitian lain menemukan adanya tumpukan atau kumpulan besar sampah di Laut Pasifik yang dinamakan The Great Pasific Garbage Patch. Tempat itu terbentuk dari sampah-sampah yang membentuk pusaran di laut, yang akhirnya berkumpul di suatu tempat membentuk gunung sampah. Sampah-sampah itu membuat 10.000 spesies hewan di laut mati per tahunnya. Tempat-tempat seperti itu juga ditemukan di bagian dunia lain. Bayangkan saja jika ini terus menerus terjadi, akan seperti apa bumi ini kelak?
          
    Takuti kami, goda kami, dan sesatkan kami. Strategi-strategi ini adalah pokok-pokok inti dari  usaha memanufaktur permintaan. Setelah mereka berhasil memanufakturkan permintaan, mereka akan berusaha menjaga kompetisi. Namun dalam hal ini, kompetisi kita ialah hak asasi kita atas air minum yang aman dan bersih. Kita bisa membuat solusi nyatanya misalnya seperti menuntut investasi bagi pembangunan sistem keran air yang bersih bagi semua orang, mencegah polusi, dan melarang pembelian air kemasan botol di sekolah, organisasi, atau seluruh kota. Inti dari semua ini, hanyalah mari kita selamatkan diri kita sendiri, mari kita ambil hak kita, mari mejadi manusia yang peduli akan sekitar.
  
        
               


(Opini) Satu Setengah Jam yang Mengubah Pandangan

          
          Sekolah Kaca sore tadi mempunyai materi yang agak berbeda dengan sebelumnya yang seputar dunia kepenulisan. Sore tadi, Sekolah Kaca menghadirkan kakak-kakak dari Ocean of Life (OLI) yang memberikan materi seputar sampah plastik.

          Acara sore tadi dibuka dengan pertanyaan yang diajukan Kak Bintang. Kak Bintang merupakan salah satu aktivis OLI yang akan memberikan kami materi.  Kak Bintang menanyakan kepada kami semua bahwa apakah kalau kami berpergian lebih suka membawa minum dari rumah atau membeli air mineral. Sebagian besar peserta menjawab bahwa mereka lebih menyukai membawa minuman dari rumah. Sedangkan empat orang menjawab lebih suka membeli.

       Salah satu yang menjawab lebih suka membeli adalah saya. Karena saya waktu itu berpikir, kalau perjalanan jauh sih kenyataanya saya memang lebih sering membeli. Kalau sebenarnya saya ya pengennya bawa dari rumah. Kesadaran saya bahwa lebih baik bawa dari rumah itu memang sudah ada, namun seringkali jika bepergian saya sering takut telat dan terburu-buru dan jadilah saya terpaksa membeli. Alasan seperti lebih praktis karena sekali pakai langsung buang dan murah juga dikemukakan oleh teman lain.

          Setelah mendengarkan penjelasan dari Kak Bintang tadi, saya akhirnya benar-benar sadar. Sebisa mungkin saya akan membawa air minum dari rumah jika bepergian. Saya benar-benar tercengang karena faktanya yang saya kira baik ternyata mempunyai kejelekan yang sebelumnya tidak saya duga. Satu plastik, ternyata dapat berdampak sangat buruk bagi lingkungan.

          "Kita mungkin pernah berpikir, bahwa membeli air kemasan sekali boleh lah, kan cuma satu. Namun, kita tidak tahu bukan, oranglain berpendapat bagaimana. Bisa saja oranglain juga berpikiran sama seperti kita," kata Kak Bintang.

           Nah jika misalnya seratus orang saja berpikiran sama seperti kita tadi, tentu sampah plastik yang dihasilkan akan banyak sekali setiap harinya. Sampah-sampah itu akan bertambah dari hari ke hari, padahal sampah-sampah plastik itu hanya ditimbun di tempat pembuangan akhir selama beratus tahun lamanya. Selain itu sampah-sampah itu juga kini banyak ditemukan di sungai dan di laut. Tentu kita pernah lah melihat sampah-sampah itu di sungai. Namun pernakah kita membayangkan kalau sampah-sampah itu berakhir di laut?

          Ternyata ada sebuah penelitian yang menemukan adanya tumpukan atau kumpulan besar sampah di Laut Pasifik yang dinamakan The Great Pasific Garbage Patch. Tempat itu terbentuk dari sampah-sampah yang membentuk pusaran di laut, yang akhirnya berkumpul di suatu tempat membentuk gunung sampah.

          Sangat memprihatinkan lagi saat tahu bahwa sampah-sampah itu mengakibatkan dalam satu tahun 10.000 spesies hewan di laut mati. Secara tidak langsung tentu hal itu akan mengakibatkan kerugian pada diri kita sendiri misal makanan kita semakin berkurang. Generasi berikutnya pasti juga tidak akan mengenal spesies-spesies hewan laut yang mati tadi karena mungkin di generasi berikutnya sudah punah.

            Lalu siapa kah yang mengakibatkan ini semua? Siapa yang akan bertanggungjawab atas ini semua? Mengapa hal itu terjadi? Jawabannya adalah manusia. Manusia yang serakah, yang ingin instan, yang tidak peduli dengan apapun selain kepuasan dirinya. 

           Jadi, sudah tepatkah sebenarnya  slogan "Save the Earth" yang banyak digembor-gemborkan sekarang ini?

Jumat, 09 Mei 2014

Sekolah Kaca, Banyak Manfaatnya



          Hujan deras bukanlah halangan bagi para calon koki kaca 24 untuk pergi ke Kantor Kedaulatan Rakyat yang berada di Jalan Mangkubumi. Walaupun terlihat banyak peserta yang masih memakai seragam, dan ada juga yang rumahnya jauh, mereka tetap bersemangat. Mereka datang ke tempat tersebut untuk mengikuti kegiatan Sekolah Kaca. Apakah Sekolah Kaca itu?

          Menurut salah satu peserta bernama Anggun Yurna, Sekolah Kaca merupakan pemberian materi seputar jurnalistik dan tulis-menulis, yang diberikan untuk para calon anggota untuk menjadi modal mereka kelak.
 
         Kegiatan yang bertempat di joglo Kantor Kedaulatan Rakyat ini memang merupakan kegiatan yang lain dari yang biasa. Hal itu terjadi karena biasanya yang namanya sekolah adalah tempat untuk belajar namun di Sekolah Kaca ini selain belajar kita juga dapat berdiskusi, sharing tentang hal-hal yang kita ketahui dengan peserta lain, tentang pengalaman, serta menjalin keakraban dan kekompakan.

          Karena kegiatan yang bervariasi itu, para peserta pun lebih enjoy dalam mengikuti kegiatan ini. Selain karena kegiatannya yang menarik, kakak yang memberi materi pun juga sangat asik, tidak kaku serta terbuka dalam menerangkan materi. Hal itu membuat para peserta menjadi aktif bertanya sehingga suasana tidak kaku.

          Terdapat empat aturan yang diajukan oleh panitia sewaktu berlangsungnya acara ini yaitu datang on time atau tepat pada waktunya, menghargai siapapun yang sedang berbicara, tidak sibuk sendiri bermain handphone atau gadget, dan mengerjakan tugas yang diberikan. Hal itu berlaku untuk seluruh orang yang hadir dalam kegiatan tersebut, bukan hanya untuk peserta atau calon kaca saja.

          Di pertemuan pertama, sewaktu membahas mengenai ide, banyak peserta yang aktif. Merekapun berdiskusi. Pikiran-pikiran baru yang masih segar dari setiap orang disatukan, saling berdebat, saling bertanya. Hal itu berarti bahwa mereka memiliki semangat untuk mengikuti kegiatan ini dan menyuarakan pendapat mereka.

          Saat ditanya mengenai kesan dan manfaat, jawaban para peserta berbeda-beda. Salah satu peserta yang kami tanyai yang bernama Arnie mngatakan bahwa kegiatan ini merupakan hal yang positif dan bisa menambah wawasan. Sedangkan manfaatnya kita bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

          “Wah seru banget, banyak pengalaman baru. Dan karena aku masih newbie di dunia sastra jadi ya seneng aja,” ujar peserta lain bernama Dewie.

          Beda lagi dengan Yurna, seorang remaja yang bersekolah di SMA Budi Mulia Dua. Ia berpendapat bahwa sekalipun tidak terpilih menjadi koki kaca pun, kita akan dapat memakai ilmu tersebut hingga kejenjang perkuliahan dan yang lebih tinggi seperti mengerjakan laporan, makalah, dan lain-lain.
     

Sekolah Kaca, Lebih dari Sekedar Belajar

          Yogyakarta-Para calon Kaca 24 dan Padakacarma sedang mengadakan kegiatan bernama Sekolah Kaca. Sekolah Kaca merupakan salah satu dari tahapan penyeleksian calon koki kaca di mana pada tahap ini calon koki kaca akan belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia jurnalistik. Kegiatan yang bertempat di joglo Kantor Kedaulatan Rakyat ini berlangsung pada hari Kamis, 8 Mei 2014 hingga Minggu, 11 Mei 2014 setiap pukul 16.00 WIB sampai selesai.

          “Kegiatannya para pemateri memberikan materi dan calon koki kaca belajar bersama-sama. Yang nantinya, materi tersebut akan dijadikan bahan tulisan kalian (para calon koki kaca),” ungkap salah satu alumni Kaca Anistya Yustika.

          Perempuan yang kini bersekolah di SMA Negeri 1 Kasihan ini menambahkan, kegiatan Sekolah Kaca diadakan agar calon koki kaca mampu menulis dengan baik, dapat bekerja sama, serta dapat melatih kemampuan bicara.

          Setiap satu pertemuan masing-masing mempunyai satu pokok bahasan yang berbeda. Pada hari pertama, yaitu pada Kamis (8/5) kemarin, membahas tentang ide. Di sana diterangkan mengenai apapun tentang ide. pembicara atau pemateri menjelaskan materi tersebut secara asik, seru serta terbuka sehingga banyak para peserta yang mengajukan pertanyaan dan malah berdiskusi seru. Sedangkan pada hari kedua yaitu pada Jumat (9/5) membahas mengenai ragam berita yaitu straight news dan feature. Kedua hal ini juga dijelaskan secara rinci dan tetap memunculkan peserta-peserta yang aktif.

          Kegiatan di Sekolah Kaca ini tidak hanya belajar namun juga diskusi, sharing, dan diawali dengan  semacam permainan untuk merefresh pikiran sehingga suasana tidak tegang dan kaku.

          Lalu biasanya di akhir pertemuan akan ada tugas. Pada pertemuan yang pertama tugasnya adalah membuat tulisan kurang lebih lima ratus kata mengenai sekolah. Tugas yang kedua ada dua. Yang pertama adalah membuat Straight News kurang lebih 250 kata tentang Sekolah Kaca. Yang Kedua yaitu membuat Feature kurang lebih 500 kata dengan mengenai Sekolah Kaca juga.

Kamis, 08 Mei 2014

Serba-Serbi Sekolah


Sekolah menurut saya adalah suatu tempat di mana kita bisa mempelajari berbagai hal tertentu. Nah kali ini saya ingin membahas mengenai sekolah formal. Dalam sekolah formal di Indonesia, biasanya dimulai pada PAUD, lalu TK, SD, SMP, SMA/SMK lalu kuliah.
Masa sekolah yang paling saya sukai sampai saat ini adalah saat SMA. Karena di sana, banyak peristiwa yang terjadi. Saya menemukan sahabat-sahabat saya, saya mengalami kejenuhan belajar, patah hati, kesenangan, kesedihan, bertemu teman dengan perangai yang baik dan buruk, bertemu guru yang killer dan membosankan. Intinya di masa SMA ini saya mengalami suatu fase di mana hidup saya telah banyak berubah dari sebelumnya.
Saat ini saya memang sedang bersekolah di SMA Negeri 1 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. Di sekolah ini, saya adalah seorang siswi kelas XI IPA 5. Sekilas tentang sekolah saya, sekolah ini terletak di Jalan Terbahsari no. 1, Wates. Tempatnya sangat tersembunyi dan berada di ujung atas tanjakan terbah. Jarak rumah saya ke sekolah kira-kira hanya 3 kilometer. Sekolah ini seperti SMA pada umumnya, menawarkan dua jurusan bagi siswa-siswinya yaitu IPA dan IPS. Namun selain itu, SMA ini juga mempunyai kelas Akselerasi yang baru mempunyai 7 angkatan. Pada angkatan saya sekolah kami masih menggunakan sistem pendidikan yang lama namun adik kelas saya sudah menggunkan sistem pendidikan 2013.
Jujur, saat ini saya sedang mengalami kejenuhan dalam bersekolah. Mungkin karena faktor umur yang sedikit lebih tua dari ukuran anak kelas sebelas lainnya (silahkan tertawakan saya). Atau entahlah lah. Yang jelas sekarang saya sedang berada dalam titik terjenuh saya dalam belajar. Buktinya beberapa bulan terakhir saya sering sekali tidak mendengar penjelasan guru, sering tidak konsentrasi saat proses belajar-mengajar, ngantuk, malas, dan sebagainya. Jika ada ulangan dan UTS saya hanya belajar dengan sistem kebut semalam kemudian saya mengerjakan soal-soal tersebut dengan asal-asalan dan sebisa saya saja. Dan itu sangat berdampak buruk terhadap nilai-nilai saya yang tentu saja menjadi jeblok.
Saya sangat sadar akan keadaan saya ini, namun sampai sekarang saya belum juga keluar dari keadaan itu. Saat tahu bahwa nilai UTS saya rendah pun, saat itu saya sangat menyesal dan malu. Lalu saya berusaha untuk berubah dan menghilangkan kebiasaan buruk saya tadi. Namun baru beberapa minggu, semangat saya mulai hilang kembali. Kebiasaan buruk kembali lagi.
Salah satu cara untuk mengubah keadaan ini mungkin adalah motivasi. Ya, memang saya merasa bahwa saya sangat kurang mendapat motivasi dari oranglain. Saya lelah memotivasi diri sendiri. Saya butuh alasan mengapa saya harus berubah.
Namun terlepas dari semua itu, saya sadar bahwa sekolah sangat penting. Di sini kita bisa banyak mendapatkan ilmu pengetahun yang sebelumnya kita tidak pernah tahu sehingga bisa menjadi bekal di masa depan nanti. Di sini juga, kita mendapatkan banyak teman yang mempunyai sifat yang berbeda-beda, yang bahkan tidak pernah kita pikirkan sekalipun. Kita bisa menemukan sahabat yang sesungguhnya. Karena di sekolah juga, banyak remaja yang mulai mengenal cinta dan patah hati.
Mengenai keburukan dari sekolah, menurut saya sekarang ini para siswa belajar hanya karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi saja. Namun mereka tidak peduli akan cara mendapatkan nilai itu. Segala cara akan mereka lakukan, asal mereka mendapatkan nilai yang tinggi. Sehingga sekolah bukan sebagai tempat menuntut ilmu lagi, namun hanya sebagai tempat untuk mendapatkan nilai yang tinggi saja.
Selain itu saya juga meyayangkan sistem pendidikan di Indonesia yang bergitu buruk. Saya kecewa karena sistem pendidikan hanya terfokus pada nilai saja. Saya juga tidak suka jika ada orang yang menilai oranglain dari pintar tidaknya ia di sekolah. Padahal kemampuan orang pasti berbeda-beda. Ada orang yang pintar di akademik, namun tidak pandai bermusik dan sebaliknya.
Selain itu saya juga ingin menyinggung sedikit tentang jurusan di SMA. Saat ini umumnya hanya terdapat dua jurusan di SMA, yaitu IPA dan IPS. Dan kebanyakan orang memandang bahwa anak IPA itu lebih pintar dari anak IPS. Padahal tidak demikian. Setiap orang kan mempunyai kemampuan dan minat yang berbeda. Dan karena pandangan itu sudah berakar kuat di diri masyarakat Indonesia, akibatnya kebanyakan pelajar di SMA ingin berada di jurusan IPA dan tidak mau serta malu bila di jurusan IPS. Padahal ia bisa saja lebih mampu di jurusan IPS. Dan menurut pengamatan saya, di sekolah saya sendiri pun, kebanyakan siswa yang pintar mmilih jurusan IPA dan siswa yang nilainya belum mencukupi terpaksa harus di IPS. Tentu tidak semuanya, tapi kebanyakan begitu. Mungkin di SMA lain juga begitu.
Itulah sekilah pandangan saya tentang sekolah. Saya tahu tulisan saya ini campur aduk ancur banget, karena memang saya sedang lelah dan tak bersemangat. Akhir kata saya hanya ingin menyampaikan, semangat sekolah untuk cita-cita dan masa depanmu!