Minggu, 11 Mei 2014

(review) Tentang Mereka

          Halo. Jadi hari ini tugasnya adalah mereview kakak-kakak alumni alias Padakacarma minimal 500 kata. Bingung sebenarnya ini maksudnya bagaimana. Bukankah kebanyakan tulisan review itu berupa review buku atau film ya? Nah tapi ini tugasnya adalah mereview kakak-kakak alumni. Bagaimana ini? Saya bingung. Tapi berhubung saya orang yang patuh, saya akan tetap mengerjakan tugas ini sebisa saya dan dengan sejujurnya menurut perspektif saya. Jadi maaf kalau nanti ada yang berpikir "kok gini sih?" 

          Yang pertama saya akan mereview Mbak Niken. Mbak Niken itu orangnya cantik, putih, dan berjilbab. Pertama ketemu dia sewaktu sesi wawancara. Iya, dia yang mewawancarai saya. Waktu itu dia mewawancarainya dengan Mbak Bila, tapi dia yang lebih banyak berbicara. Dia itu orangnya terkesan serius, mungkin karena memang waktunya harus serius sih. Dia orangnya juga baik, dan nggak pernah terkesan menggurui kalau dia sedang menjelaskan sesuatu, tidak sombong pula. Dia tidak pernah merasa bahwa dia lebih hebat atau lebih senior dibanding kami, para calon kaca.

          "Pokoknya kita di sini belajar sama-sama ya. Aku belajar, kalian juga belajar," katanya di sela-sela menjelaskan materi.

          Yang paling saya pikirkan dari Mbak Niken adalah dia itu sepertinya sangat mendukung saya. Entah benar atau tidak. Mungkin saya cuma kegeeran. Dia yang mewawancarai saya dan meloloskan saya, dan dia juga yang sekarang menjadi pembimbing saya bersama ketiga teman lain di kelompok pertama. Dia juga bisa memotivasi saya sewaktu sesi wawanacara dulu. Dia bilang bahwa orang lain tidak akan bisa merubah kita, tapi hanya kita sendiri lah yang bisa merubah diri kita sendiri. Overall saya senang sekali yang mewawancarai dan membimbing saya selama Sekolah Kaca kemarin adalah Mbak Niken, walaupun dua hari terakhir dia tidak datang. Sedih, padahal saya sudah print tugas saya. :(

          Selanjutnya saya mau mereview Mas Anas. Mas Anas adalah salah satu orang yang memegang bagian teknisi pada Open Recruitment Kaca#24. Saya menganggap demikian karena dia lah orang yang bisa atau harus kami hubungi ketika kami ingin bertanya, ketika harus izin, ketika mengundurkan diri, dan hal-hal teknis lainnya. Tapi pernah satu kali saya bertanya lewat sms namun tidak dibalas. Oke yang terakhir itu tidak penting.

          Saya mempunyai cerita lucu tentang Mas Anas. Waktu itu sedang berlangsung sesi bimbingan. Saya bersama Trias dan Andreas, juga kakak pembimbing yaitu Mbak Niken dan Anistya. Ketika itu Trias sedang bertanya contoh straight news dengan suatu tema yang saya lupa. Mbak Niken dan Anistya sudah berpikir keras, namun tidak bisa menemukan contoh yang pas. Nah karena itu Mbak Niken memanggil Mas Anas dan menanyakan tentang contoh straight news tadi. Kebetulan kelompoknya Mas Anas sudah bubar terlebih dahulu. Lalu tidak lama kemudian Mas Anas bisa memberikan contohnya.

          Setelah itu Mas Anas pamit dan berkata bahwa ia ada tugas di kampusnya yaitu drama. Ada yang bertanya "Lha kowe dadi opo?" (Lha kamu jadi apa?). Pria berkacamata itu pun menjawab dengan mantap bahwa ia berperan sebagai pemilik ayam. Lalu tiba-tiba Mbak Niken bercerita dengan antusias bahwa di rumahnya, Mas Anas memelihara ayam yang ayamnya itu adalah ayam yang dicat warna-warni merah kuning hijau begitulah. Yang katanya sekarang sudah besar dan warnanya jadi putih. Mas Anas lalu mengatakan bahwa ada satu ayam yang tidak dia sembelih karena dia sayang dengan ayam itu.

          "Terus nek njuk ora dibeleh arep diapakke?" (Terus kalau tidak disembelih akan diapakan?)

          "Yo ben mati dewe,"  jawab Mas Anas. (Ya biar mati sendiri)

        Hal itu membuat saya dan dua teman saya tertawa. Dan hal itu juga membuat saya sadar bahwa mereka yang saya pikir selalu serius ternyata tidak juga. Saya hanya melihat satu sisi mereka yang serius tanpa tahu sisi yang lain. Pelajarannya di sini adalah, don't judge the people by it's cover. Jangan menilai seseorang dari sisi luarnya saja.

          Selain mereka, banyak kakak-kakak lain yang istimewa dengan tingkah dan sifatnya masing-masing. Seperti Mbak Linda yang tomboy. Yang paling saya ingat adalah saat ia mengucapkan kata-kata "hanjuk ngopo?" dengan nada suara yang begitulah. Kemudian ada Mbak Dinju yang kataya kepala sekolah di sini. Dinju itu singkatan dari kata "Dinda Juga." Ceritanya dulu sewaktu Mbak Dinju ini masuk Kaca, sudah ada yang nama panggilannya Dinda. Jadi dia yang harus merubah namanya. For your information saja kalau di Kaca itu semua nama panggilan harus berbeda. Kalau sama, salah satu harus ada yang diganti. Mbak Dinju ini juga pernah hilang waktu habis di Kaca. Orang satu Kaca pada panik. Sudah dicariin kemana-mana dan ternyata dianya lagi menunggu hujan reda di pinggir jalan.

          Ada juga Mbak Dita, Mbak Ameng, Anistya, Mbak Kenia, Mbak Desti dan masih banyak yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Yang pasti menurut saya sendiri sih, mereka adalah orang yang bisa beradaptasi dengan keadaan. Di kala mereka harus serius, mereka akan serius. Di kala suasananya terlalu kaku, mereka akan mencairkan suasana dengan cara bercanda mereka masing-masing. Mereka juga tidak pernah mengeluh misalnya saat kita tidak mengerti akan penjelasan mereka dan mereka akan dengan senang hati mengulang penjelasan itu lagi. 
          
       Terakhir, saya ingin berterimakasih kepada semua yang terlibat di Sekolah Kaca empat hari ini. Kepada kakak-kakak yang telah memberikan ilmu, perhatian, waktu, dan kesempatan kepada saya. Sekali lagi terimakasih. Sungguh empat hari kemarin adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan.
       
          Sudah. Kepanjangan nggak sih? Enggak kan? Kok tiba-tiba jadi teringat sesuatu ya? Sepertinya ada yang pernah bilang begini.

           "Akan ada saatnya di mana nanti kamu akan menulis terlalu banyak dan bingung harus mengurangi dibagian mana."

          Kira-kira, siapa ya yang berkata demikian?


          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar