Sabtu, 10 Mei 2014

(Opini) Satu Setengah Jam yang Mengubah Pandangan

          
          Sekolah Kaca sore tadi mempunyai materi yang agak berbeda dengan sebelumnya yang seputar dunia kepenulisan. Sore tadi, Sekolah Kaca menghadirkan kakak-kakak dari Ocean of Life (OLI) yang memberikan materi seputar sampah plastik.

          Acara sore tadi dibuka dengan pertanyaan yang diajukan Kak Bintang. Kak Bintang merupakan salah satu aktivis OLI yang akan memberikan kami materi.  Kak Bintang menanyakan kepada kami semua bahwa apakah kalau kami berpergian lebih suka membawa minum dari rumah atau membeli air mineral. Sebagian besar peserta menjawab bahwa mereka lebih menyukai membawa minuman dari rumah. Sedangkan empat orang menjawab lebih suka membeli.

       Salah satu yang menjawab lebih suka membeli adalah saya. Karena saya waktu itu berpikir, kalau perjalanan jauh sih kenyataanya saya memang lebih sering membeli. Kalau sebenarnya saya ya pengennya bawa dari rumah. Kesadaran saya bahwa lebih baik bawa dari rumah itu memang sudah ada, namun seringkali jika bepergian saya sering takut telat dan terburu-buru dan jadilah saya terpaksa membeli. Alasan seperti lebih praktis karena sekali pakai langsung buang dan murah juga dikemukakan oleh teman lain.

          Setelah mendengarkan penjelasan dari Kak Bintang tadi, saya akhirnya benar-benar sadar. Sebisa mungkin saya akan membawa air minum dari rumah jika bepergian. Saya benar-benar tercengang karena faktanya yang saya kira baik ternyata mempunyai kejelekan yang sebelumnya tidak saya duga. Satu plastik, ternyata dapat berdampak sangat buruk bagi lingkungan.

          "Kita mungkin pernah berpikir, bahwa membeli air kemasan sekali boleh lah, kan cuma satu. Namun, kita tidak tahu bukan, oranglain berpendapat bagaimana. Bisa saja oranglain juga berpikiran sama seperti kita," kata Kak Bintang.

           Nah jika misalnya seratus orang saja berpikiran sama seperti kita tadi, tentu sampah plastik yang dihasilkan akan banyak sekali setiap harinya. Sampah-sampah itu akan bertambah dari hari ke hari, padahal sampah-sampah plastik itu hanya ditimbun di tempat pembuangan akhir selama beratus tahun lamanya. Selain itu sampah-sampah itu juga kini banyak ditemukan di sungai dan di laut. Tentu kita pernah lah melihat sampah-sampah itu di sungai. Namun pernakah kita membayangkan kalau sampah-sampah itu berakhir di laut?

          Ternyata ada sebuah penelitian yang menemukan adanya tumpukan atau kumpulan besar sampah di Laut Pasifik yang dinamakan The Great Pasific Garbage Patch. Tempat itu terbentuk dari sampah-sampah yang membentuk pusaran di laut, yang akhirnya berkumpul di suatu tempat membentuk gunung sampah.

          Sangat memprihatinkan lagi saat tahu bahwa sampah-sampah itu mengakibatkan dalam satu tahun 10.000 spesies hewan di laut mati. Secara tidak langsung tentu hal itu akan mengakibatkan kerugian pada diri kita sendiri misal makanan kita semakin berkurang. Generasi berikutnya pasti juga tidak akan mengenal spesies-spesies hewan laut yang mati tadi karena mungkin di generasi berikutnya sudah punah.

            Lalu siapa kah yang mengakibatkan ini semua? Siapa yang akan bertanggungjawab atas ini semua? Mengapa hal itu terjadi? Jawabannya adalah manusia. Manusia yang serakah, yang ingin instan, yang tidak peduli dengan apapun selain kepuasan dirinya. 

           Jadi, sudah tepatkah sebenarnya  slogan "Save the Earth" yang banyak digembor-gemborkan sekarang ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar