Minggu, 29 Juni 2014

Day With Close (Eps 2)

              Hai haiiii. Kemarin sampai mana ya? Sampai permainan yang tali-tali itu ya? Okedeh langsung lanjut aja...

             Kemarin itu saya belum menceritakan tentang pembagian kelompok kan ya? Ya jadi kemarin pas permainan pertama yang kalau dihukum mukanya dileletin tepung itu, kita dibagi menjadi dua kelompok. Pembagian kelompoknya dengan hitungan, dari yang berdiri paling selatan ke utara. Laki-laki dan perempuannya dipisah ngitungnya biar adil. Hitungannya sih cuma 1 dan 2 karena kelompoknya Cuma ada dua. Dan akhirnya saya masuk ke kelompok pertama. Terus disuruh buat nama kelompok sama yel-yelnya gitu. Kelompok saya beranggotakan saya, Viko, Ajik, Kurnianto, Dita, Etika, Ira, dan Jihan. Kelompok kedua beranggotakan Lusi, Lela, Tami, Vika, Pius, Tohang, Bagas/Ign, dan Aziz. Pertamanya Ajik mengusulkan tomat sebagai nama kelompok kita (entah motivasinya apa), kemudian setelah ditanya mbak Ida si Kurni malah nyeletuk bahwa nama kelompok kita cabe-cabean-_- Dan akhirnya nama kelompok kita jadi Cabe-_-, dengan yel-yel Cabeee? Good (iklan). Hahaha lol. Sedangkan yang kelompok lawannya namanya Embung. Tanyakan pada Lela arti dari nama kelompoknya ini.

                Dan permainan selanjutnya namanya tubing (nggak tau tulisan yang benar gimana).  Itu ceritannya kita seperti meluncur di arus sungai yang deras gitu. Pake pelampung pastinya.  Kelompok Cabe dapet giliran kedua. Padahal sih saya udah nggak sabar buat meluncur, tapi nggak apa-apa deh, lihat muka-mukannya si Embung pada kayak gimana dulu.

                Akhirnya Embung meluncur.  Pertama yang cowok-cowok dulu, terus yang cewek. Paling saya inget itu si Tamik. Waktu petugasnya udah ngelempar ban ke si Tami, bannya itu nggak ketangkap sama dia. Aduh saya liatnya mah kasian bener tu anak udah malemnya galau lagi ckck. Untung dia nggak apa-apa, Cuma pas selesai dia langsung misuh-misuh sendiri gitu deh.

                Tibalah giliran kami. Setelah ditakut-takuti oleh kelompok lawan, katanya di sana mengerikan gitulah, kami tetap bersemangat. Enggak deng, saya doang yang masih bersemangat kayaknya. Beberapa udah takut duluan. Saya agak takut juga sih, tapi tetep excited. Lalu pada awalnya kami nyeburnya di bagian sungai yang arusnya pelan. Kita disuruhnya nyebur dua-dua. Aturannya kalo udah nyebur langsung posisi tubuh telentang, dengan kaki di depan kepala belakang. Pertama kali suruh cowok dulu. Si viko dipaksa yang pertama kali karena dia ketua kelompoknya hahaha. Setelah dipaksa-paksa akhirnya dia nyebur. Dan kalian tau? Sedetik setelah Viko nyebur, dia teriak-teriak histeris takut gitu. Kita yang ngeliat kasian sekaligus iyuh? Untungnya nggak kita ketawain. Kalo kelompok lawan tau, Viko pasti udah dijadiin bulan-bulanan mereka._.

                Akhirnya Viko berlalu. Cowok-cowoknya udah nyebur semua. Giliran yang cewek. Sebenernya saya udah nggak sabar, cuman ya saya pura-pura takut juga, habisnya yang lain juga pada takut._. Terus jadinya saya sama Ira yang nyebur duluan. Setelah nyebur rasanya enak-enak aja tuh, tapi pas udah mau sampai di terowongan yang di situ arusnya deres banget, ada ketakutan sih. Yang paling kerasa petualangannya sih yang selama diterowongan itu. Terombang-ambing dalam arus yang deras dan gelap. Kalau yang paling ngeri itu pas abis keluar terowongan. Itu arusnya gede banget dan saya kebetulan di foto dan saya keliatan kelelep gitu._. tapi saya sampai di ujung dengan selamat dan penuh suka cita. Pengen lagiiiii!

See you at part 3!

Pic of this episode :

 entah itu siapa...

 kelompok CABE

 kelompok EMBUNG

CLOSE emang CLOSE!





Hari ke-13(2). 21 hari menulis.


The Climb

Hai. Mau share lirik lagu kesukaanku nih. Judulnya The Climb miliknya Miley Cyrus. Pertama kali tau lagu itu pas nonton Hannah Montana The Movie. Suka sama film itu, menghibur soalnya. Dan juga itu mileynya masih kecil, masih imut-imutnya.


I can almost see it
That dream I am dreaming
But there's a voice inside my head saying
"You'll never reach it"

Every step I'm taking
Every move I make feels
Lost with no direction
My faith is shaking

But I gotta keep trying
Gotta keep my head held high

There's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
Always gonna be a uphill battle
Sometimes I'm gonna have to lose

Ain't about how fast I get there
Ain't about what's waiting on the other side
It's the climb

The struggles I'm facing
The chances I'm taking
Sometimes might knock me down
But no, I'm not breaking

I may not know it
But these are the moments that
I'm gonna remember most, yeah
Just gotta keep going

And I, I got to be strong
Just keep pushing on

'Cause there's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
Always gonna be a uphill battle
Sometimes I'm gonna have to lose

Ain't about how fast I get there
Ain't about what's waiting on the other side
It's the climb, yeah!

There's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
Always gonna be an uphill battle
Somebody's gonna have to lose

Ain't about how fast I get there
Ain't about what's waiting on the other side
It's the climb, yeah!

Keep on moving, keep climbing
Keep the faith, baby
It's all about, it's all about the climb
Keep the faith, keep your faith, whoa







Hari ke-13(1). 21 hari menulis.

Jumat, 27 Juni 2014

Ayo Tadarus!

      Tadi terawih dan saya sedih. Kenapa sedih? Karena melihat, sehabis terawih tadi semua remaja langsung pada keluar dari mushola. Entah pulang, entah main, atau apa. Jadi hanya tinggal saya satu-satunya remaja yang tersisa di mushola tempat saya terawih. Akhirnya saya tadarusan dengan tiga orang. Adik saya, Thoha, dan dua orang perempuan yang juga masih SD seperti adik saya. 
   
       Rencananya kita mau tadarus dari awal yaitu dari Al-Fatihah dan dilanjutkan jus pertama. Maunya sih membaca satu jus malam ini, tapi apa daya. Dengan kekuatan kita yang terbatas ini akhirnya kita hanya mampu membaca empat lembar mushaf Al-Qur'an. Ya saya kasian juga sih sama mereka soalnya mereka masih anak-anak, takut udah ngantuk gitu. Akhirnya jam sembilan kita udahan deh.

          Sedih lihat fenomena ini. Masih berpikir positif juga sih kalau mungkin mereka pada tadarus di rumah. Tapi....ya semoga gitu deh. Saya juga sadar diri, kalau saya juga masih sering males, nggak niat, ogah-ogahan, banyak alesan. Tapi saya akan berusaha untuk rutin tadarus setiap hari sebanyak yang saya mampu, agar dapat pahala. Selain itu hati saya juga adem lho rasanya kalau habis ibadah itu. Tapi menjalankannya harus dengan kesadaran dan hati yang ikhlas dong ya. Dan buat kamu yang muslim yang baca ini, jangan lupa tadarus Al-Qur'an ya. Udah gitu aja :D


          Hari ke-12. 21 hari menulis.

Kamis, 26 Juni 2014

Day With Close (Eps 1)

       Sebelumnya aku mau memberitahu tahu bahwa  Close di judul itu merupakan sebutan untuk kelas kami. Close itu singkatan dari Creativity Longer of Science Five.   
      Akhirnya ipa 5 jadi main juga. Outbound!!! Seneng bangeeet. Bener-bener kenangan yang nggak akan bisa dilupain deh pokoknya. Meskipun malamnya kami sempat bepusing-pusing ria. Sebenarnya bukan kami sih tapi yang kelihatan paling pusing sih igen, lusi, sama lela. Mereka dan beberapa orang lain pada ribut sendiri di grup bbm. Aku sih diam nunggu hasilnya aja, daripada ikutan mumet hehehe. Penyebabnya karena ada yang nggak bisa ikut. Ada empat orang, dan berarti jumlahnya semua 18 orang. Sedangkan kuota minimum yang diharuskan di tempat outbound itu adalah 20 orang. Jadi kalau jadi mau nggak mau kita harus bayar lebih. Terjadi lah kesepakatan malam itu. Outbound jadi diadakan di Dolan Ndeso Boro. Ini yang ngumumin si bagas alias igen sih. Emang sok mutusi dia itu haha. 


         
       Wisata outbond dolan ndeso boro merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kulon Progo. Objek wisata ini terletak sebuah dusun kecil di kecamatan Kalibawang, tepatnya di dusun Boro, desa Banjarasri, kecamatan Kalibawang, kabupaten Kulon Progo. Objek wisata ini diberi nama Dolan Ndeso Boro dengan maksud bahwa objek wisata ini dapat dijadikan sebagai tempat untuk menghilangkan rasa penat setelah bekerja di kota. Karena, dengan mengunjungi objek wisata ini, pengunjung disuguhkan pemandangan pegunungan menoreh yang indah dan angin semilir bernuansa pedesaan yang tak bisa dirasakan ketika di kota. Dolan Ndeso Boro ini menjadi salah satu pendukung desa Banjarasri sebagai desa wisata terbaik kedua pada tahun 2012 lalu.(source: http://kalibawang.kulonprogokab.go.id/pages-48-dolan-deso.html)

       Sampai di sana saya sangat terpesona dengan keindahan alamnya. Subhanallah, indah banget. hamparan sawah yang luas dan menyejukkan dikelilingi pegunungan menoreh yang menjulang dengan gagahnya. Sangat memanjakan mata. Betapa kayanya negeri kita ini. Saya yang tadi malamnya sempat nggak mood, mendadak jadi excited banget.

      Sampai di sana kita langsung istirahat sebentar dikarenakan perjalanannya lumayan jauh apalagi ada yang rumahnya galur. Beh, dari ujung ke ujung dah itu. Kemudian kita mulai bermain outbound dibimbing oleh pemandu dari objek wisata tersebut yang bernama Kak Ida dan Kak Wida atau Mida ya? Saya lupa.....Maafkan saya._.V

       Permainan pertama adalah semacam pemanasan. Kita diharuskan berkonsentrasi, kalau enggak bakal kena punishment  yaitu mukanya harus dicoret sama cairan semacam tepung yang dicampur air gitu. Jujur saya nggak suka baunya dan sempat mau muntah, tapi untung saja saya tetap bisa bermain dengan enjoy. 
         
        Permainan selanjutnya itu namanya apa ya? Hmmm nggak tahu nih, yang jelas bentuknya seperti melewati rintangan yang terbuat dari tali dan dibawahnya ada semacam danau yang dangkal dan berlumpur. Ini penampakannya:
ayoo ajik!







semangat, elvira!^^

       Tak terasa sudah larut malam. Lanjutin besok deh. Tungguin ya tulisan selanjutnya! 



      Hari ke-11. 21 hari menulis.

  

Rabu, 25 Juni 2014

Siap?

   Hari ini rapotan. Mau tau perasaanku? Aku hanya merasa takut dan cemas, selebihnya biasa saja. Aku tau nilaiku akan hancur, rangkingku akan turun (drastis), dan aku tahu ini kesalahanku. Aku nggak mau minta sama Tuhan buat memberikan keajaiban pada nilai-nilaiku. Nggak mau lagi. Sudah terlalu sering aku meminta itu. Dan aku malu jika harus memintanya lagi.

   Setahun bagaikan sekejab mata buatku. Bagaimana tidak? Rasanya baru hari kemarin aku menginjakkan kakiku di kelas sebelas, sebelas ipa lima. Aku duduk sendirian. Jangan kasihani aku, aku sudah terbiasa sendiri. Lalu aku mulai mengikuti pelajaran yang terkadang membosankan, berkenalan dengan teman baru dan mengalami proses hingga sekarang kita bisa berteman akrab, tidur di kelas, ulangan, tugas, nyontek massal, ulangan, jam kosong, main, dan ulangan. Kenapa waktu rasanya cepat sekali berlalu.

     Kelas dua belas? Mau tidak mau aku harus siap?

   
 

      Hari ke-10. 21 hari menulis

Selasa, 24 Juni 2014

Tamu

       Malam itu aku sedang makan malam bersama keluargaku di ruang makan ketika ada suara ketukan pintu diiringi salam dan bunyi khas kantung plastik.
       "Pasti laundry," terkaku karena mendengar bunyi kantung plastik.
        Ibuku langsung membuka pintu ruang tamu yang letaknya bersebelahan dengan ruang makan.
        "Selamat malam, Bu," kata seseorang di balik pintu.
        "Oalah Bu Mandor to, monggo mlebet Bu," kata ibu.
        Oh ternyata dugaanku salah besar. Orang itu bukan tukang laundry langganan keluargaku. Orang itu ternyata Bu Mndor, istri dari pejabat tinggi di desaku yang biasanya dipanggil Pak Mandor.
        "Tumben sekali datang kemari," tanyaku dalam hati. Bukannya aku berpikir negatif, hanya saja kenyataannya memang sebelumnya ia tak pernah bertandang ke rumah kami.
         Tamu itu lalu berbinsang-bincang dengan ibu dan bapak. Sebenarnya aku tak terlalu mendengarkan pembicaraan mereka yang tentu saja akan terdengar olehku, maka tetap saja aku mendengar samar-samar.
         "Niki wonten oleh-oleh sekedhik."
         ".......inggih putri kula ajeng nyalonke, nyuwun donga lan restunipun nggih."
          What? Ada udang dibalik batu rupanya. Di desa sekecil inipun, ada yang berbuat seperti itu. Tentu saja.
         Makanan pemberian Bu Mandor itu akhirnya ibu bagikan kepada anak-anak yang biasa mengaji di mushola dekat rumah kami. Aku tentu tidak mau memakannya. Sama sekali tidak tertarik. Mungkin memang niat ibu itu baik, hanya meminta restu. Aku akan mencoba menerima pemahaman itu dan berpikir positif.
         Ketika di jalan pulang dari mushola ibu bertanya pada tetangga yang kebetulan pulang bersama kami.
         " Wau Bu Mandhor ndhayoh ten daleme jenengan mboten?" tanya ibu.
         "Inggih, Bu. Biasa to Bu, nek gek butuh moro, nek wes dadi lali."
          Aku tersentak.



         Hari ke-9. 21 hari menulis.


Don't Give Up

"Kamu iri dengan kami karena segalanya, padahal kamu udah punya segalanya itu. Aku tidak punya orangtua lengkap, dan kamu punya. Kamu hanya harus membuat mereka percaya padamu dan memperhatikanmu. Hidupmu ada di tanganmu, mereka adalah perantaranya. Aku punya apa untuk membuatmu iri? Tulisan? Gambar? Imajinasi? Kreatiftas? Aku hanya melakukan  apa yang aku sukai, aku harus membuat hidupku ini bermakna. Aku tidak boleh bersedih terlalu lama. Roda selalu berputar, kadang baik kadang buruk. Aku hanya mencoba untuk membuat baik dan buruk itu tidak terlalu renggang, jadi aku bisa selalu merasa baik-baik saja."

-Perkataan seorang teman sekitar setahun yang lalu.





Hari ke-8(2). 21 hari menulis.







Kenapa?

               
Pagi ini aku bangun dengan pilek yang belum sembuh juga. Terus mandi, sarapan sambil nonton televisi, setelah itu balik lagi ke kamar dan buka laptop. Udah nggak perlu takut lagi bakal ada yang liat karena mbakku udah pergi ke jakarta. I need coffee, tapi lagi batuk pilek. Yawn.  Ah aku galau gara – gara statusnya. Apa – apaan coba buat status kayak gitu. Bikin galau ribuan cewek tau nggak. Masa dia nggak sadar sih? Dasar cowok nyebelin!

Sometimes, aku benci harus tumbuh. Meninggalkan masa – masa dulu, masa kecil.  Dimana setiap hari kita hanya bermain dengan teman – teman. Bermain masak-masakan, dakon, ingkling, bongkar pasang, barbie, petak umpet. Dimana kita nggak tau apa itu yang disebut cinta sama lawan jenis. Dimana kita berantem dengan saudara. Kini, nggak ada lagi saat – saat seperti itu. Yang kita pikirakan hanyalah masa depan. Gimana caranya agar kita bisa hidup di masa depan. Yang kita pikirkan hanyalah giman caranya mendapatkan materi.  Kita jadi individualis, egois. Dimana sekarang kita harus merasakan patah hati karena cinta kita bertepuk sebelah tangan.

Kenapa hidup harus seperti ini?




Hari ke-8(1). 21 hari menulis.


Itu curhatan tahun kapan ya?


Bersyukur

"Inget setiap kejadian pasti ada hikmahnya, yakin aja deh! Tuhan tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik buat kita. Banyak-banyak melihat lingkungan di sekitarmu juga deh. Lihat deh pasti ada kan yang lebih miskin, jelek, payah, dari kamu tapi mereka tetap bersyukur. Dan seharusnya kamu juga bisa kayak mereka, bersyukur. Karena Allah selalu bersama orang-orang yang bersyukur."

Hari ke-7(2). 21 hari menulis.

Foto-Foto (Alay) XB

         Buka-buka foto lama, jadi kangen  XB. Sadarkah kalian? Kita alay banget ternyata dulunya. Banyak banget ya kita foto barengnya. Mau itu di kelas, waktu ada acara sekolah, main, PKL, acara ulangtahun, sampai bikin administrasi pun foto-foto. Kita dulu juga suka komen-komenan di facebook, sampai 100an komentar juga ada. Karena keterbatasan ingatanku, biarlah foto-foto ini yang menjelaskan betapa heboh, kompak, dan alaynya kita.....


Waktu MOS aja udah sok akrab gini. Foto sok cantik ala girlband. Seragam aja masih beda-beda. Dan nggak tau kenapa saya mau ikutan foto.

Ini pas MOS juga :")


Ini waktu awal-awal semester ya kayaknya.With Pak Fa, mas KKN dan administrasi kelas yang baru aja jadi. Lihat muka-muka kita, masih pada polos dan gayanya itu lhooo-_-





Ciee mesra 


Ati-ati Win nanti tumpah tumpengnya!


 Ini motivasinya apaan coba foto kayak gini?


 Tumpengnya XB super sekalee.....




 PKL di GunungKidul


 Nah foto ini nih yang selalu bikin saya ketawa sendiri. Niatnya mau keren-kerenan, eh malah hasilnya kayak gini. Yang motoin siapa sih-_-


 Ini juga

Gini nih. Setelah berkali-kali jepret, berkali-kali pose, berkali-kali  lompat-lompat, tetep ancur semua hasilnya-_-



Yang lain sibuk nyari biota laut, kita malah asik foto keluarga.



Well, XB, saya jadi kangen kalian.




Hari ke-7(1). 21 hari menulis.

Minggu, 22 Juni 2014

Selfie

           











        Di artjog 2014 kemarin Jum'at with Ganis, Olin, Ilma dan Dida.
        Proses selfie yang melelahkan sekaligus fun. Pada nggak tau malu hahaha.


     
        Hari ke-6(2). 21 hari menulis.
     
     
   

Catatan di Handphone#1

    Aku merebahkan kepalaku di meja. Mulai menutup mata. Cukup. Aku nyerah. Ngantuk banget. Rasanya shit banget. Bayangin aja deh, masa di siang bolong begini, di kelas, di tengah-tengah pelajaran matematika, lagi asyik-asyiknya guru nerangin fungsi surjektif, bijektif, injektif blablablah, aku malah terserang penyakit itu. Ngantuk. Mana gurunya galak lagi. Tapi ngantuk banget. Rasanya tuh mata sama kelopak mataku seperti bekerjasama buat mengkhianati aku yang sebenarnya sangat menyayangi pelajaran matematika ini. Iya, aku sayang kok sama matematika. Tapi matematikanya yang nggak sayang sama aku. Semacam bertepuk sebelah tangan gitulah. Jadi nggak apa-apa kali ya kalau aku tidur bentar. Bentar kok. Janji.

    Hari ke-6(1). 21 hari menulis.

    Nemu di catatan hp. Di buat tanggal 05 Maret 2014. Mungkin saya lelah.


Jumat, 20 Juni 2014

Witing Tresno Jalaran Soko Kulino

     

Permalink gambar yang terpasang

       
       Ternyata softball itu keren!

     Setiap pelajaran olahraga saya selalu nggak semangat duluan. Saya selalu nggak niat duluan. Karena paling olahraganya cuma itu-itu aja. Softball then futsal then lari then softball then loncat apaan nggak ngerti then softball then futsal then softball then softball.........

         Sumpah nggak suka banget.

         Dan  lagi sadar baru-baru ini. Semenjak classmeeting semester ini.  Tepatnya pada hari Rabu, 18 Juni 2014 kemarin. Semenjak menonton kelas kami-Ipa5- bertanding dengan kelas lawan, yang saat itu adalah kelas X IS 2. Pertandingan ini adalah babak penyisihan yang pertama buat kelas kami. Saya nggak bisa ikut main karena saya nggak bisa. Nggak bisa memukul dan nggak bisa menangkap bola. Tuh, dasarnya aja sudah nggak bisa. Terus saya bisanya apa dong? Tidur Zzz Zzz......

       Waktu itu kelas kami menang, skornya 10-7 kalau nggak salah. Dan keesokan harinya kelas kami ada jadwal tanding lagi. Kali ini masih babak penyisihan. Dan kalian tahu lawannya? Lawannya adalah kelas tetangga yaitu kelas XI IA 4. Sudah mikir sejak awal bahwa kami pasti akan kalah, soalnya di IA 4 itu banyak yang jago main softballnya. Tapi saya masih penasaran dengan pertandingan ini.

      Kamis pun tiba. Hari itu nilai matematika diumumkan dan yang nilainya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) akan mengikuti remidi yang dilaksanakan hari itu juga pukul 07.30. Masalahnya, matematika adalah salah satu pelajaran yang paling mengerikan buat kelas kami, mungkin juga buat kelas-kelas lain. Itu karena metematika adalah pelajaran yang -you know lah- susahnya minta ampun. Parahnya lagi gurunya ngasih soal yang sulit banget dan  itu membuat hampir sebagian siswa di kelas kami kalau ada ulangan harian atau UTS atau UKK pasti nggak tuntas KKM. Naseb :(

         Nah berdasarkan uraian di atas, kami semua menyimpulkan bahwa ini nanti waktu nilainya keluar pasti banyak yang nggak tuntas. Kebetulan XI IA 4 itu guru mattematikanya sama dengan guru matematika kelas kami. Dan pertandingan kelas kami melawan IA 4 yang tadinya berlangsung pada jam pertama (sekitar pukul delapan), ditukar sama yang main di jam kedua. Yang main di jam kedua itu awalnya XI IA 2 sama XI IA 3.
      
        Tapi ternyata yang harus remidi di kelas kami cuma empat orang. Saya langsung berpelukan dengan Dida dan Ilma begitu melihat pengumuman nilai matematika yang terpampang nyata di hall. Seneng banget. Nggak nyangka saya bakal lulus. Alhamdulillah.

      Lalu saya menjalani hari itu dengan ceria. Karena sudah terlanjur sepakat, jadwal jam pertama pertandingan adalah XI IA 2 dan XI IA 3. Saya pun menonton pertandingan itu setelah mencabut dua buah buku karangan Tere Liye dari perpustakaan sekolah. Pertandingannya berlangsung seru. Banget. Imbang. Tapi akhirnya yang menang adalah kelas XI IA 2. Prok prok prok.
           
        Setelah menunggu sekian lama akhirnya tibalah kelas kami bermain. Saya agak telat lihatnya soalnya lagi wawancara. Dan sesuai prediksi, kelas kami kalah. Tapi yang nggak saya sangka kalahnya itu kalah telak! 10-0 langsung. Di pertandingan ini aturannya kalau udah 10-0 berarti yang 10 itu dinyatakan langsung menang. Huee, sakitnya tuh di sini! (sambil nunjuk dada)

         Oke oke, lupakan kekalahan kita kemarin karena kelas kita emang bukan bidangnya olahraga (ngeles). Yang terpenting itu hari ini. Hari ini dari pagi sampai sore full ada tandingan softball. Break cuma pas jumat'an. Saya nggak ke sekolah sih sebenarnya hehe. Cuma tadi pas finalnya saya nonton kok. Yang masuk final akhirnya XI IA 2 melawan XI IA 4. Pertandingan berlangsung alot. Saling menyalip skor. Setelah 7 inning akhinya yang menang adalah XI IA 4. Selamat ya XI IA 4. Kalian keren. Prok prok prok.

       Ya, akhirnya hari ini saya sadar bahwa softball itu keren. Mungkin karena terbiasa. Witing tresno jalaran soko kulino.
     
Permalink gambar yang terpasang
Suasana setelah pertandingan final berakhir


       Perhatian   : Semua foto di atas nyolong dari akun twitter @Casello_Events. Bagi yang masih kepo, silakan kunjungi akun tersebut.




        Hari ke-5. 21 hari menulis.


          
       Hayo, siapa yang kejebak sama judulnya? :3
       Dan siapapun, mohon kasih tahu ya kalau ada yang kurang tepat. Biar bisa dibenerin. :D

Kamis, 19 Juni 2014

Teman Kecil




Berpikir tentang masa lalu. Masa kecil. Saya punya seorang teman kecil yang paling dekat dengan saya. Dia adalah seorang gadis yang periang, pemberani, dan menyukai hal-hal baru. Dia lebih muda dua tahun dari saya. Cerita dimulai saat saya pindah rumah ke sebuah desa yang jaraknya lima belas menit dari tempat tinggal saya sebelumnya. Dia lah teman pertama saya di desa ini. Rumahnya dan rumah saya hanya berselang dua rumah. Setiap hari kami bermain berdua. Bermain masak-masakan, bongkar pasang, lompat tali, petak umpet, berdua. Seperti saya bilang tadi, dia adalah gadis kecil yang periang. Maka dia lah yang lebih sering menentukan mau bermain apakah kita hari ini, sedangkan saya hanya menurut dan lebih banyak mengalah untuk dia.

Waktu rupanya telah merubah semuanya. Jaman berganti. Dengan sifatnya yang demikian, juga parasnya yang semakin hari semakin cantik, dia mudah saja mendapatkan banyak teman baru. Pergaulannya luas. Saya mungkin telah dilupakannya. Meski sering saya jengkel dengan sifatnya yang tak mau mengalah, yang terkadang egois, yang bikin jengkel, namun sejujurnya saya menyayanginya. Dan terkadang, saya merindukannya.

         Terkadang saat saya lewat di depan rumahnya dan dia juga sedang berada di depan rumahnya, ingin rasanya sekedar saja menyapa,

         "hai, apa kabar?"

            Namun selalu, saya hanya mampu terdiam dan tersenyum padanya.

            Miris rasanya, melihat orang yang dulu selalu menghabiskan waktu bersama kita, sekarang bagaikan orang asing. Time flies.


           
            Hari ke-4. 21 hari menulis.

Rabu, 18 Juni 2014

Lelah

         Ku kira hari ini akan manis. Menyemangati kelasku yang bertanding softball melawan kelas lain, mewawancarai seorang narasumber. Itu masih asik.

        Tapi kemudian melelahkan. Lelah fisik, lelah pikiran. Sudah jauh-jauh ke Jogja, gagal wawancara. Nggak, waktu empat jam ku ini nggak sia-sia kok. Selalu ada pelajaran yang bisa dipetik. Betapa dunia ini luas. Betapa pengetahuanku ini nol dibanding mereka di luar sana. Aku harusnya terus belajar. Aku harusnya terus maju.
       
         Aku tahu semakin aku melangkah, semakin bertambah pengetahuanku, semakin bertambah orang-orang baru. Itu proses. Tapi tetap, aku merasa rendah diri.


     
          Hari ke-3. 21 hari menulis.

Selasa, 17 Juni 2014

Kelasku

           

         Pada tahun pelajaran 2013/2014 ini, saya merupakan seorang siswi kelas XI di SMA 1 Wates. Tepatnya kelas XI IPA5. Kelas IPA terakhir di SMAN 1 Wates. Kelas paling apa ya? Paling jarang menang lomba  mungkin ya? Haha. 

            Dulu, waktu pertama saya tahu kalau saya ditaruh di kelas ini, saya sedih. Bahkan saya sampai menangis. Ini serius. Lebay mungkin tapi memang begitu kenyataannya. Pas satu-dua hari pertama di kelas ini, saya menangis. Itu karena saya merasa saya nggak punya teman di kelas ini, dan juga saya sebenarnya nggak mau masuk IPA.  Saya nggak mau bahas yang kedua ya, langsung yang pertama aja. Jadi di kelas IPA 5 ini, yang berasal dari kelas yang sama dengan saya pas kelas sepuluh ada dua orang perempuan. Masalahnya, saya nggak dekat dengan mereka. Sedangkan yang dari kelas lain sebagian sih udah kenal tapi nggak deket, ada juga yang cuma tau nama, tapi ada juga yang baru tau kalau ada yang namanya itu di sekolah  ._.V. Waktu itu saya benar-benar sedih dan mengira bahwa kehidupan saya untuk satu tahun ke depan bakalan suram sesuram mukannya teman saya yang namanya Viko. Hehe piss Vik becanda doang kok. Tapi dalam kenyataannya, sekarang, setelah hampir satu tahun saya berada di kelas ini, saya merasa berat untuk meninggalkan kelas ini, dan semua yang berhubungan dengannya. Kecuali dua hal.

            Pertama adalah tempat duduk saya yang berada di pojok kanan paling belakang. Itu membuat saya merasa bahwa mata saya sudah minus. Saya nggak bisa baca dengan jelas tulisan yang ada di whiteboard. Suara saya juga jadi nggak kedengeran kalo ngejawab pertanyaan atau bertanya, dan itu membuat saya sungkan untuk bertanya. Kedua, jujur saya nggak suka dengan guru fisika saya. Dan saya nggak suka dengan fisika. Harusnya sih besok gurunya bukan dia.

            Di kelas IPA 5 itu suasananya berbeda dengan kelas-kelas yang pernah saya tempati sebelumnya. Suasana kelas sebelas IPA 5 tuh ramai tapi lucu. Ada aja yang dibecandain. Tapi yang paling sering jadi bahan becandaan dan bullyan adalah Viko. Iya Viko. Kalian pada tau Viko kan? Nggak tau? Yaudah oke saya kasih tahu bukan pizza (apaini). Viko adalah seorang siswa yang bertubuh subur dan memakai kacamata. Katanya sih Viko ini dulu waktu kecilnya kurus, terus diejek sama tetangganya. Kira-kira kayak gini nih ilustrasinya:

Tetangga          : "Eh bu, kok anaknya ibu kurus kerempeng gitu sih. Padahal Anda dan suami Anda kan subur-subur gitu. Kayak anak saya dong, gendut dan sehat. Jangan-jangan anak ibu kekancingan ya."
Ibunya Viko    : "Enak saja, lihat aja ya nanti. Pasti anak saya akan gendut dan sehat seperti kami. Beteweh itu maksudnya cacingan kali, bukan kekancingan."
Tetangga          : "Oh iya. Itu maksud saya. Oke saya nggak takut. Mari kita lihat nanti!"

            Kemudian mereka saling colok-colokan mata.

            Huft, gitu deh. Akhirnya ibunya Viko sekarang sudah mendapatkan award dengan kategori Orangtua Tersukses yang Bisa Menggemukkan Anaknya. Selamat. Prokprokprok. Nah karena sekarang Viko sudah gendut, saya akan melanjutkan  kisah Viko di kelas saya tercintah ini.

            Viko itu adalah seorang teman sekelas saya yang sangat rajin bingit. Tapi Viko nggak pelit lhoh waktu ada temannya yang mau tanya tentang materi yang tidak dimengerti dan ia akan dengan sabar mengajarinya. Baik yaaa. Selain sekolah, untuk menunjang prestasi akademiknya ia juga les di salah satu lembaga bimbingan belajar sebut saja GR, singkatan dari Gegeden Ransel. Iya soalnya Viko tasnya emang selalu terlihat guede sih. Mungkin isinya buku-buku yang di kasih dari GR. Viko itu sangat sayang sama GR, buktinya waktu ada yang iseng jelek-jelekkin GR, Viko langsung marah dan malah balik promosiin tempat lesnya itu. Kalo saya jadi kepala pemasaran GR sih, saya bakal ngasih award ke Viko sebagai murid paling teladan, paling potensial, tercintah,  dan teroenyoeh. Nah karena kecintaannya dengan GR itu seringkali memunculkan keisengan dari teman-temannya. Siapa kah yang suka ngisengin Viko itu? Yaaa sekelas pernah ngisengin dia sih, tapi yang paling sering sih gengnya Akamsok Ceria.

            Geng Akamsok Ceria? Apalagi tuh? Kalo ini sih geng yang beranggotakkan Lela, Lusi, Dita, dan Ira. Kenapa namanya Akamsok Ceria? Karena mereka bisa dekat salah satunya karena sama-sama hobi nonton sinetron yang ada di SCTV itu lho. Akamsok srintil itulah. Mereka itu emang seneng banget sama sinetron begituan. Si Lela malah sampai terobsesi dengan salah satu tokoh di sana yang bernama Naomi. Lela emang udah memproklamirkan dirinya sendiri sebagai Naomi di kelas kita dan karena suarannya yang memang benar-benar sama dengan suara si Naomi yang suka tereak-tereak dengan suara cemprengnya itu maka kita-kita, temennya, pada ngeiyaiin aja. Abisnya emang sama sih. Sama-sama suka bikin kuping budek.

            Balik lagi ke Geng Akamsok. Karena suka nonton sinetron tersebut mereka memanggil anggota mereka dan ada juga yang manggil saya dan teman lainnya dengan panggilan Akamsok. Di detik terakhir kebersamaan kita di kelas ini, mereka makin lengket aja. Mereka sekarang lebih suka nonton sinetronnya SCTV yang ada vampir dan srigalanya itu. Mereka suka niru-niru dan berlagak jadi tokoh dalam sinetron itu dengan gaya yang konyol. Mereka juga suka main game online Papa's Cupkeria. Cobain deh, mungkin kamu juga bakal ketagihan seperti mereka. Katanya sih mereka sampai buat grup Akamsok Ceria di BBM. Pokoknya, kalo mereka udah bareng pasti mereka becanda terus.

            Oh iya seperti yang disebutkan sebelumnya, Geng Akamsok Ceria suka ngisengin si Viko. Katanya sih, Viko itu kalau diisengin langsung ngambek, dan itu lucu bagi mereka. Hihihi sabar ya Vik, kamu emang sering kita isengin dan kita bully. Itu karena reaksi kamu yang lucu dan buat ketawa. Tapi itu semua nggak serius kok, kita cuma becanda aja karena kita sayang sama kamu juga :")

            Tentang IPA 5 yang lain. IPA 5 itu adalah kelas yang berpenghuni 22 orang siswa. 7 laki-laki, 15 perempuan. 9  beragama Islam, 13 beragama Katholik. Baru kali ini ngerasain jadi minoritas soal agama. Dan ternyata, nggak buruk kok. Nggak ada masalah malah. Kita semua sama-sama bisa bertoleransi. Contohnya waktu Idul Adha dan ada lomba memasak yang beragama Katholik tanpa merasa aneh dan keberatan mereka tetap ikut membantu. Membawa peralatan, ikut membantu ini-itu, dan kita juga makan  sama-sama. Rukun, damai, sentosa dalam beragama. :)

            Di kelas kita juga banyak yang ikut ekskul paduan suara. Kebanyakan sih yang beragama Katholik. Mungkin karena mereka sering nyanyi di gereja kali ya. Pernah suatu saat, mereka latihan buat paduan suara di kelas. Wihhh merdu abis pokoknya. Tapi terus lagunya jadi nyerempet-nyerempet ke lagu-lagu pop yang kebanyakan galau gitu.  Ditambah ada yang ngiringin pake gitar juga yaitu Igen dan Ajik. Beh, pokoknya mereka berdua itu pinter banget main gitarnya. Dan itu membuat suasana kelas tambah asik. Kelas kita jadi rame. Baru ngerasain suasana yang kayak gini nih selama saya sekolah. Saya sih nyebutnya Kelas Penyanyi, hehehe. Seneng banget bisa dikasih kesempatan ngedengerin suara-suara emas mereka.

            Selama di kelas ini juga, akhirnya saya bisa tahu lebih jauh tentang mantan teman sekelas saya dulu yang sekarang juga sekelas sama saya. Mereka adalah Lela dan Lusi. Awalnya jujur aja saya agak nggak sreg sama mereka. Tapi karena setiap hari saya duduk di belakang mereka, saya jadi tahu sifat mereka lebih jauh. Mereka baik, perhatian, asik, lucu. Mereka pernah menghibur saya waktu saya nangis di bus. Mungkin itu salah satu momen yang nggak akan saya lupain. Walaupun mereka mnganggap mereka cuma ingin sekedar menghibur sebagai teman yang baik. Tapi bagiku, mereka baik dan perhatian banget. Walaupun kadang saya iri dengan mereka, dan sebel sama mereka. Karena mereka berisik banget. Apalagi kalo sama dua temen gengnya yang lain. Tapi tetep, saya udah terlanjur sayang mereka berdua. Cieee lebay hahaha.

            Selain sama Lusi dan Lela, di kelas ini saya menemukan teman akrab baru yaitu Maria dan Cicil. Cicil itu cewek yang pinter dan rajin di kelas kita. Dia tipe-tipe cewek pendiam gitu deh. Walaupun kadang suka nggak nengok saat dipanggil, tapi cicil itu orang yang baik kok. Tapi nggak tau deh kenapa dia agak tertutup gitu.

            Kalo Maria sih, pertama kali lihat dia, saya berpikir kalo dia mirip Asri Welas. Saat saya mengungkapkan pikiran saya itu dengan dia, dia bilang dia pernah dikatain begitu juga sama oranglain. Maria ini orangnya cuek, dan kalo ngomong kadang nggak pake disaring, bahkan kadang-kadang saya sakit hati sama omongannya terhadap saya. Tapi ya itulah Maria. Saya hanya bisa berlapang dada. Dan kenapa saya bisa tahan akrab-akraban sama dia? Karena kita berdua mempunyai minat yang sama. Bukan hanya di satu minat, tapi banyak minat! Saya suka baca, dia juga. Dia suka nulis, saya juga. Saya suka buat do-it-yourself kayak scrapbook, boneka dari kain flanel, menyulam, menjahit, segala macem, dan dia juga. Dia yang mengenalkan saya pada lomba-lomba menulis cerpen, membuat saya semangat menulis, mengajak saya mendaftar menjadi koki Kaca di KR. Baru kali ini saya nemuin seseorang yang klop sama saya kayak gini. Rasanya saya nggak mau pisah sama dia. At least, kita nggak putus kontak dan tetap dekat walaupun nggak sekelas lagi.

            Selain orang-orang di atas, saya juga bersyukur bisa sekelas dengan orang-orang unik lainnya. Sang ibu ketua kelas kita, Citra alias Mbak Ta pacarnya Valentino Rossi, yang tak pernah lupa mengingatkan kita sekiranya ada tugas atau ulangan. Terima kasih sudah menjadi ketua kelas yang sempurna buat kelas kita. Santi, yang selalu galak dan judes kalau sama saya tapi saya tahu hatinya baik dan melow (buktinya aja dia suka dengerin lagu-lagu yang macem kayak punya afgan yang jodoh pasti bertemu, sabar, dll). Ira, yang mempunyai kesamaan sama saya yaitu sama-sama addicted videonya Andovi da Lopez dan Jovial da Lopez, bahkan tahu lebih banyak dibanding saya. Igen, si jenius yang serba bisa dan serba ngerti apa-apa juga nilainya selalu bagus padahal katanya nggak pernah belajar. Dan saya selalu hati-hati kalo ngomong sama dia soalnya takut salah. Tohang, orang Batak yang hobi nonton film, yang kalo nulis status di facebook alay, yang hampir setiap hari bawa laptop ke sekolah, yang suka nyanyi-nyanyi gaje dengan suara falsetto. Yang punya kata mutiara "aku dudu wong jowo". Bakal kangen juga sama soto day setiap habis olahraga di hari Jum’at.

            Dan juga teman-teman lain yang tidak bisa saya deskripsikan satu persatu. Aziz, Etika, Jihan, Dita, Kurnianto, Ajik, Mida, Pius, Vika, Ocha, Tami. Terima kasih sudah menjadi teman saya. Walaupun terpaksa karena keadaan. Terimakasih sudah menjadi bagian dalam perjalanan hidup saya dan mewarnai hari-hari saya. Maafkan juga atas kesalahan yang saya buat ke kalian. Pasti saya bakalan kangen banget sama kalian. Jangan lupain saya ya. Dini, has, nik, atau apapun kalian memanggilku. Seseorang yang duduk di pojok belakang kanan, sendirian. Seorang teman yang biasa saja, tapi akan selalu mengingat kalian.
        
            Sebenarnya masih banyak banget yang ingin saya ceritakan tentang kelas saya ini, namun saya hanyalah manusia. Manusia yang pelupa. Entah berapa banyak momen apa yang telah saya lupakan.

            Setahun sudah saya menjalani hari-hari di kelas IPA 5. Belajar di ruangan ini. Menjalin hubungan pertemanan dengan orang-orang di dalamnya, berbagi kisah suka, duka, canda, dan tawa. Ah SMA, masa-masa yang paling indah..........

               Bersenang-senanglah
               Karna hari ini yang kan kita rindukan
               Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
               Bersenang-senanglah
               Karna waktu ini yang kan kita banggakan di hari tua
         


                Hari ke-2. 21 hari menulis.

Senin, 16 Juni 2014

Nyontek?

     Pagi tadi di kelas saya ada ulangan harian matematika. Bab turunan. Ulangannya sama kelas sebelah, yang juga sama-sama belum ulangan bab itu. Disaat yang lain udah pada santai, ngobrol, becanda ketawa-ketiwi di hall, wifian, kita-kita yang berada di ruang sidang samping hall, malah mumet mikirin soal. Ini jawabannya apa, ini caranya gimana. Pusing.

     Jujur saja kalau saya sih semalam nggak belajar mempeng. Malahan saya nonton debat capres sampai acaranya selesai. Eh tapi itu juga penting, iya kan? Hehe. Saya hanya belajar pas sabtu malam sebentar terus tadi pagi habis subuh. Belajarnya juga nggak konsen gitu.

     Jujur (lagi) kalau saya pas mengerjakan tadi banyakan ngelirik sebelah saya yang merupakan anak kelas sebelah. Karena beneran, saya nggak bisa ngerjainnya. Rumusnya aja udah nggak tau. Ini mau dikemanakan, itu mau digimanakan. Nggak tahu. Tapi emang soalnya juga susah kok, buktinya teman-teman lain juga banyak yang bisik-bisik "ssstttt....ssstttt....", "eh nomer ini gimana caranya". Bahkan ada yang sampai bersuara agak keras, padahal gurunya ada di belakang. 
       
    Begitu gurunya bilang bahwa waktu mengerjakan sudah habis, kami semua yang mengerjakan langsung kalang kabut. Ruangan mendadak jadi seperti pasar pagi. Kami dengan tidak malu-malu langsung beranjak dari tempat duduknya masing-masing. Berlari menuju temannya dan menyalin hasil pekerjaan temannya tanpa ragu-ragu. Bahkan saya sampai tabrakan dengan dua orang. Sedangkan gurunya masih asik di depan laptopnya. Saya juga nyalin pekerjaannya Maria, tapi sedetik kemudian saya sadar. Buat apa sih? Tuntas ya nggak tuntas aja. Lalu dengan hati pasrah, saya mengumpulkan lembar ulangan saya. Beberapa juga sudah mengumpulkan. Beberapa yang lain masih asyik menyalin jawaban temannya.

      Sudah sejak beberapa waktu lalu saya berpikir. Apakah jaman sekarang, mencontek itu sudah sebegitu biasanya ya? Atau bahkan sudah menjadi budaya di kalangan pelajar? Bagaimana dengan masa-masa besok? Generasi setelah kita nanti, apakah kita akan memakluminya jika mereka mencontek? Atau apakah kita akan menasehatinya bahwa mereka tidak boleh mencontek? Sedangkan sekarang saja kita mencontek.

   Mungkin bagi oranglain, masalah ini adalah masalah sepele. Atau bahkan ada yang tidak ingin membahasnya. Namun bagi saya, masalah itu adalah masalah mendasar. Masalah kejujuran. 

     Saya masih sering nyontek. Penyebabnya ada beberapa hal. Saya jengkel dengan teman lain yang memiliki nilai bagus karena nyontek. Bahkan teman saya yang cerdas pun, nyontek. Walaupun kalau saya amati, dia tidak pernah belajar. Tapi saya yakin sesungguhnya tanpa dia mencontek pun dia tetap memiliki nilai di atas rata-rata. Kedua, karena saya takut berada di rangking terakhir atau memiliki nilai terendah dari teman lain. Ya, saya takut. Takut dianggap bodoh lah, takut mengecewakan orang tua lah, dan sebagainya. Itu sih yang paling utama.

        Tapi tetap, saya sadar bahwa mencontek itu nggak baik, mencontek itu nggak boleh jadi kebiasaan, dan mencontek itu sebisa mungkin dihindari. Saya nggak tahu, berapa orang di dunia ini yang berpikiran seperti itu. Mungkin sedikit. Mungkin satu di tiap kelas, mungkin hanya ada satu di setiap sekolahan. Tapi saya yakin pasti ada. Dan saya yakin, mencontek itu sesungguhnya merugikan.


     "Kita boleh jadi gagal mendapat nilai bagus, tapi kita sukses memperoleh pelajaran terbaiknya. Jangan sebaliknya, kita boleh jadi sukses memperoleh nilai bagus, sukses lulus, tapi kita justeru sedang gagal total di ujian yang sesungguhnya. Dan jalan-jalan penuh harga diri serta kemuliaan itu padam, jalur-jalur itu gelap, untuk kemudian menyala-lah jalur-jalur, jalan-jalan yang berbeda lagi." -Tere Liye
           



           Hari ke-1. 21 hari menulis.