Pada tahun pelajaran 2013/2014 ini, saya merupakan seorang siswi kelas XI di SMA 1 Wates. Tepatnya kelas XI IPA5. Kelas IPA terakhir di SMAN 1 Wates. Kelas paling apa ya? Paling jarang
menang lomba mungkin ya? Haha.
Dulu, waktu pertama saya tahu kalau
saya ditaruh di kelas ini, saya sedih. Bahkan saya sampai menangis. Ini
serius. Lebay mungkin tapi memang begitu kenyataannya. Pas satu-dua hari pertama
di kelas ini, saya menangis. Itu karena saya merasa saya nggak punya teman di
kelas ini, dan juga saya sebenarnya nggak mau masuk IPA. Saya nggak mau bahas yang kedua ya, langsung
yang pertama aja. Jadi di kelas IPA 5 ini, yang berasal dari kelas yang sama
dengan saya pas kelas sepuluh ada dua orang perempuan. Masalahnya, saya nggak
dekat dengan mereka. Sedangkan yang dari kelas lain sebagian sih udah kenal
tapi nggak deket, ada juga yang cuma tau nama, tapi ada juga yang baru tau
kalau ada yang namanya itu di sekolah
._.V. Waktu itu saya benar-benar sedih dan mengira bahwa kehidupan saya
untuk satu tahun ke depan bakalan suram sesuram mukannya teman saya yang
namanya Viko. Hehe piss Vik becanda doang kok. Tapi dalam kenyataannya,
sekarang, setelah hampir satu tahun saya berada di kelas ini, saya merasa berat
untuk meninggalkan kelas ini, dan semua yang berhubungan dengannya. Kecuali dua
hal.
Pertama adalah tempat duduk saya
yang berada di pojok kanan paling belakang. Itu membuat saya merasa bahwa mata
saya sudah minus. Saya nggak bisa baca dengan jelas tulisan yang ada di whiteboard.
Suara saya juga jadi nggak kedengeran kalo ngejawab pertanyaan atau bertanya,
dan itu membuat saya sungkan untuk bertanya. Kedua, jujur saya nggak suka
dengan guru fisika saya. Dan saya nggak suka dengan fisika. Harusnya sih besok
gurunya bukan dia.
Di kelas IPA 5 itu suasananya
berbeda dengan kelas-kelas yang pernah saya tempati sebelumnya. Suasana kelas
sebelas IPA 5 tuh ramai tapi lucu. Ada aja yang dibecandain. Tapi yang paling
sering jadi bahan becandaan dan bullyan adalah Viko. Iya Viko. Kalian pada tau
Viko kan? Nggak tau? Yaudah oke saya kasih tahu bukan pizza (apaini). Viko
adalah seorang siswa yang bertubuh subur dan memakai kacamata. Katanya sih Viko
ini dulu waktu kecilnya kurus, terus diejek sama tetangganya. Kira-kira kayak
gini nih ilustrasinya:
Tetangga : "Eh bu, kok anaknya ibu kurus
kerempeng gitu sih. Padahal Anda dan suami Anda kan subur-subur gitu. Kayak
anak saya dong, gendut dan sehat. Jangan-jangan anak ibu kekancingan ya."
Ibunya
Viko : "Enak saja, lihat aja ya
nanti. Pasti anak saya akan gendut dan sehat seperti kami. Beteweh itu
maksudnya cacingan kali, bukan kekancingan."
Tetangga : "Oh iya. Itu maksud saya. Oke
saya nggak takut. Mari kita lihat nanti!"
Kemudian mereka saling colok-colokan
mata.
Huft, gitu deh. Akhirnya ibunya Viko
sekarang sudah mendapatkan award dengan kategori Orangtua Tersukses yang Bisa
Menggemukkan Anaknya. Selamat. Prokprokprok. Nah karena sekarang Viko sudah
gendut, saya akan melanjutkan kisah Viko
di kelas saya tercintah ini.
Viko itu adalah seorang teman
sekelas saya yang sangat rajin bingit. Tapi Viko nggak pelit lhoh waktu ada
temannya yang mau tanya tentang materi yang tidak dimengerti dan ia akan dengan
sabar mengajarinya. Baik yaaa. Selain sekolah, untuk menunjang prestasi
akademiknya ia juga les di salah satu lembaga bimbingan belajar sebut saja GR,
singkatan dari Gegeden Ransel. Iya soalnya Viko tasnya emang selalu terlihat
guede sih. Mungkin isinya buku-buku yang di kasih dari GR. Viko itu sangat
sayang sama GR, buktinya waktu ada yang iseng jelek-jelekkin GR, Viko langsung
marah dan malah balik promosiin tempat lesnya itu. Kalo saya jadi kepala
pemasaran GR sih, saya bakal ngasih award ke Viko sebagai murid paling teladan,
paling potensial, tercintah, dan
teroenyoeh. Nah karena kecintaannya dengan GR itu seringkali memunculkan
keisengan dari teman-temannya. Siapa kah yang suka ngisengin Viko itu? Yaaa
sekelas pernah ngisengin dia sih, tapi yang paling sering sih gengnya Akamsok Ceria.
Geng Akamsok Ceria? Apalagi tuh?
Kalo ini sih geng yang beranggotakkan Lela, Lusi, Dita, dan Ira. Kenapa namanya
Akamsok Ceria? Karena mereka bisa dekat salah satunya karena sama-sama hobi
nonton sinetron yang ada di SCTV itu lho. Akamsok srintil itulah. Mereka itu
emang seneng banget sama sinetron begituan. Si Lela malah sampai terobsesi
dengan salah satu tokoh di sana yang bernama Naomi. Lela emang udah
memproklamirkan dirinya sendiri sebagai Naomi di kelas kita dan karena
suarannya yang memang benar-benar sama dengan suara si Naomi yang suka
tereak-tereak dengan suara cemprengnya itu maka kita-kita, temennya, pada
ngeiyaiin aja. Abisnya emang sama sih. Sama-sama suka bikin kuping budek.
Balik lagi ke Geng Akamsok. Karena
suka nonton sinetron tersebut mereka memanggil anggota mereka dan ada juga yang
manggil saya dan teman lainnya dengan panggilan Akamsok. Di detik terakhir
kebersamaan kita di kelas ini, mereka makin lengket aja. Mereka sekarang lebih
suka nonton sinetronnya SCTV yang ada vampir dan srigalanya itu. Mereka suka
niru-niru dan berlagak jadi tokoh dalam sinetron itu dengan gaya yang konyol.
Mereka juga suka main game online Papa's Cupkeria. Cobain deh,
mungkin kamu juga bakal ketagihan seperti mereka. Katanya sih mereka sampai
buat grup Akamsok Ceria di BBM. Pokoknya, kalo mereka udah bareng pasti mereka
becanda terus.
Oh iya seperti yang disebutkan
sebelumnya, Geng Akamsok Ceria suka ngisengin si Viko. Katanya sih, Viko itu
kalau diisengin langsung ngambek, dan itu lucu bagi mereka. Hihihi sabar ya
Vik, kamu emang sering kita isengin dan kita bully. Itu karena reaksi kamu yang
lucu dan buat ketawa. Tapi itu semua nggak serius kok, kita cuma becanda aja
karena kita sayang sama kamu juga :")
Tentang IPA 5 yang lain. IPA 5 itu
adalah kelas yang berpenghuni 22 orang siswa. 7 laki-laki, 15 perempuan. 9 beragama Islam, 13 beragama Katholik. Baru
kali ini ngerasain jadi minoritas soal agama. Dan ternyata, nggak buruk kok.
Nggak ada masalah malah. Kita semua sama-sama bisa bertoleransi. Contohnya
waktu Idul Adha dan ada lomba memasak yang beragama Katholik tanpa merasa aneh
dan keberatan mereka tetap ikut membantu. Membawa peralatan, ikut membantu
ini-itu, dan kita juga makan sama-sama.
Rukun, damai, sentosa dalam beragama. :)
Di kelas kita juga banyak yang ikut
ekskul paduan suara. Kebanyakan sih yang beragama Katholik. Mungkin karena
mereka sering nyanyi di gereja kali ya. Pernah suatu saat, mereka latihan
buat paduan suara di kelas. Wihhh merdu abis pokoknya. Tapi terus lagunya jadi
nyerempet-nyerempet ke lagu-lagu pop yang kebanyakan galau gitu. Ditambah ada yang ngiringin pake gitar juga
yaitu Igen dan
Ajik. Beh, pokoknya
mereka berdua itu pinter banget main gitarnya. Dan itu membuat suasana kelas
tambah asik. Kelas kita jadi rame. Baru ngerasain suasana yang kayak gini nih
selama saya sekolah. Saya sih nyebutnya Kelas Penyanyi, hehehe. Seneng banget
bisa dikasih kesempatan ngedengerin suara-suara emas mereka.
Selama di kelas ini juga, akhirnya
saya bisa tahu lebih jauh tentang mantan teman sekelas saya dulu yang sekarang
juga sekelas sama saya. Mereka adalah Lela dan Lusi. Awalnya jujur aja saya
agak nggak sreg sama mereka. Tapi karena setiap hari saya duduk di belakang
mereka, saya jadi tahu sifat mereka lebih jauh. Mereka baik, perhatian, asik,
lucu. Mereka pernah menghibur saya waktu saya nangis di bus. Mungkin itu salah
satu momen yang nggak akan saya lupain. Walaupun mereka mnganggap mereka cuma
ingin sekedar menghibur sebagai teman yang baik. Tapi bagiku, mereka baik dan
perhatian banget. Walaupun kadang saya iri dengan mereka, dan sebel sama
mereka. Karena mereka berisik banget. Apalagi kalo sama dua temen gengnya yang
lain. Tapi tetep, saya udah terlanjur sayang mereka berdua. Cieee lebay hahaha.
Selain sama Lusi dan Lela, di kelas
ini saya menemukan teman akrab baru yaitu Maria dan Cicil. Cicil itu cewek yang
pinter dan rajin di kelas kita. Dia tipe-tipe cewek pendiam gitu deh. Walaupun
kadang suka nggak nengok saat dipanggil, tapi cicil itu orang yang baik kok.
Tapi nggak tau deh kenapa dia agak tertutup gitu.
Kalo Maria sih, pertama kali lihat
dia, saya berpikir kalo dia mirip Asri Welas. Saat saya mengungkapkan pikiran saya itu dengan dia, dia bilang dia pernah dikatain begitu juga sama oranglain.
Maria ini orangnya cuek, dan kalo ngomong kadang nggak pake disaring, bahkan
kadang-kadang saya sakit hati sama omongannya terhadap saya. Tapi ya itulah
Maria. Saya hanya bisa berlapang dada. Dan kenapa saya bisa tahan akrab-akraban
sama dia? Karena kita berdua mempunyai minat yang sama. Bukan hanya di satu
minat, tapi banyak minat! Saya suka baca, dia juga. Dia suka nulis, saya juga.
Saya suka buat do-it-yourself kayak scrapbook, boneka dari kain flanel,
menyulam, menjahit, segala macem, dan dia juga. Dia yang mengenalkan saya pada
lomba-lomba menulis cerpen, membuat saya semangat menulis, mengajak saya
mendaftar menjadi koki Kaca di KR. Baru kali ini saya nemuin seseorang yang
klop sama saya kayak gini. Rasanya saya nggak mau pisah sama dia. At least,
kita nggak putus kontak dan tetap dekat walaupun nggak sekelas lagi.
Selain orang-orang di atas, saya
juga bersyukur bisa sekelas dengan orang-orang unik lainnya. Sang ibu ketua
kelas kita, Citra alias Mbak Ta pacarnya Valentino Rossi, yang tak pernah lupa
mengingatkan kita sekiranya ada tugas atau ulangan. Terima kasih sudah menjadi
ketua kelas yang sempurna buat kelas kita. Santi, yang selalu galak dan judes
kalau sama saya tapi saya tahu hatinya baik dan melow (buktinya aja dia suka
dengerin lagu-lagu yang macem kayak punya afgan yang jodoh pasti bertemu,
sabar, dll). Ira, yang mempunyai kesamaan sama saya yaitu sama-sama addicted
videonya Andovi da Lopez dan Jovial da Lopez, bahkan tahu lebih banyak
dibanding saya. Igen, si jenius yang serba bisa dan serba ngerti apa-apa juga
nilainya selalu bagus padahal katanya nggak pernah belajar. Dan saya selalu
hati-hati kalo ngomong sama dia soalnya takut salah. Tohang, orang Batak yang hobi nonton film,
yang kalo nulis status di facebook alay, yang hampir setiap hari bawa laptop ke
sekolah, yang suka nyanyi-nyanyi gaje dengan suara falsetto. Yang punya kata mutiara "aku
dudu wong jowo". Bakal kangen
juga sama soto day setiap habis olahraga di hari Jum’at.
Dan juga teman-teman lain yang tidak
bisa saya deskripsikan satu persatu. Aziz, Etika, Jihan, Dita, Kurnianto, Ajik, Mida,
Pius, Vika, Ocha, Tami. Terima kasih sudah menjadi teman saya. Walaupun
terpaksa karena keadaan. Terimakasih sudah menjadi bagian dalam perjalanan hidup saya dan mewarnai hari-hari saya. Maafkan juga atas kesalahan yang saya buat ke kalian. Pasti saya bakalan kangen banget sama kalian. Jangan lupain saya
ya. Dini, has, nik, atau apapun kalian memanggilku. Seseorang yang duduk di
pojok belakang kanan, sendirian. Seorang teman yang biasa saja, tapi akan
selalu mengingat kalian.
Sebenarnya masih banyak banget yang ingin saya ceritakan tentang kelas saya ini, namun saya hanyalah manusia. Manusia yang pelupa. Entah berapa banyak momen apa yang telah saya lupakan.
Setahun sudah saya menjalani
hari-hari di kelas IPA 5. Belajar di ruangan ini. Menjalin hubungan pertemanan
dengan orang-orang di dalamnya, berbagi kisah suka, duka, canda, dan tawa. Ah
SMA, masa-masa yang paling indah..........
Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Karna waktu ini yang kan kita banggakan di hari tua
Hari ke-2. 21 hari menulis.