Berpikir
tentang masa lalu. Masa kecil. Saya punya seorang teman kecil yang paling dekat
dengan saya. Dia adalah seorang gadis yang periang, pemberani, dan menyukai
hal-hal baru. Dia lebih muda dua tahun
dari saya. Cerita dimulai saat saya pindah rumah ke sebuah desa yang jaraknya
lima belas menit dari tempat tinggal saya sebelumnya. Dia lah teman pertama saya di desa ini. Rumahnya dan rumah saya hanya berselang dua rumah. Setiap
hari kami bermain berdua. Bermain masak-masakan, bongkar pasang, lompat tali,
petak umpet, berdua. Seperti saya bilang tadi, dia adalah gadis kecil yang
periang. Maka dia lah yang lebih sering menentukan mau bermain apakah kita hari
ini, sedangkan saya hanya menurut dan lebih banyak mengalah untuk dia.
Waktu rupanya
telah merubah semuanya. Jaman berganti. Dengan
sifatnya yang demikian, juga parasnya yang semakin hari semakin cantik, dia
mudah saja mendapatkan banyak teman baru. Pergaulannya luas. Saya mungkin telah
dilupakannya. Meski sering saya jengkel dengan sifatnya yang tak mau mengalah,
yang terkadang egois, yang bikin jengkel, namun sejujurnya saya menyayanginya.
Dan terkadang, saya merindukannya.
Terkadang saat saya lewat di depan rumahnya dan dia juga sedang berada di depan rumahnya, ingin rasanya sekedar saja menyapa,
"hai, apa kabar?"
Namun selalu, saya hanya mampu terdiam dan tersenyum padanya.Terkadang saat saya lewat di depan rumahnya dan dia juga sedang berada di depan rumahnya, ingin rasanya sekedar saja menyapa,
"hai, apa kabar?"
Miris rasanya, melihat orang yang dulu selalu menghabiskan waktu bersama kita, sekarang bagaikan orang asing. Time flies.
Hari ke-4. 21 hari menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar