Jumat, 17 Februari 2017

Lamunan di Jalan; Biasa Kerja Keras

Sore ini seusai menghadiri launching KMIB di Auditorium FIB, aku menemani salah seorang teman membeli air mineral untuk konsumsi launching Ummati esok hari. Saat itu kita hanya berdua, dan ada dua kardus air yang harus kami angkut. Dari toko ke kampus, tidak ada masalah karena kami menggunakan sepeda motor. Sampai parkiran, kami harus mengangkutnya dengan berjalan kaki menuju mushola Abu Ubaid. Sudah kebiasaan kami-anak Ummati-, meletakkan persenjataan-persenjataan kami di sini. Mushola Abu Ubaid ini ada di lantai 2 gedung diploma ekonomi UGM. Masing-masing kmi membawa satu. Sadar kalau bawaanku berat, aku menyegerakan langkah. Temanku agak tergopoh-gopoh dibelakangku. Dan akhirnya kami menyelesaikan pekerjaan itu. Namun perasaanku biasa saja, berbeda dengan temanku yang terlihat kelelahan. 

Aku ingat, dulu aku juga begitu. Seingatku, aku membawa kardus seperti ini pertama kali ketika acara ramadhan tahun lalu yang diadakan Ummati. Aku begitu tergopoh membawa sebuah kardus berisi 48 cup itu. Beberapa bulan yang lalu aku melakukannya lagi dan saat itu aku berfikir “Ini tidak seberat yang lalu.” Lalu kini aku melakukannya tanpa keberatan.

Dalam perjalanan pulang aku terdiam. Menyadari betapa hal seberat apa pun jika dilakukan sering, pasti akan menjadi ringan juga. Seperti kardus tadi. Jadi, aku harus terbiasa kerja keras, hingga kerja keras itu tidak menjadi sesuatu yang berat, namun menjadi sesuatu yang biasa untukku. 


Yogyakarta, 17 Februari 2018



dini sadida

2 komentar: