Rabu, 13 Januari 2016

Adikku dan Televisi



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat malam! 

Anggap saja tema hari ini adalah Televisi.

Langsung saja ya, let me tell you a story.

Seharian ini, banyak hal yang membuat saya kesal. Salah satunya saya jengkel dengan adik saya yang tidak mau belajar, padahal ia sudah memasuki semester terakhirnya di sekolah dasar. Ia justru lebih suka menonton sinetron di salah satu stasiun televisi swasta berceritakan anak sekolah yang kerjaannya hanya geng-gengan, kebut-kebutan, berkelahi di jalan, juga kisah ibu tiri yang mencoba merebut pacar anak tirinya.

Saya kemudian teringat bahwa pemilik stasiun televisi tersebut mempunyai semacam partai, yang ia iklankan di stasiun televisinya sendiri dan mungkin di media miliknya yang lain, saya kurang tahu. Iklan itu memperlihatkan bahwa ia begitu peduli terhadap rakyat. Saya sempat terkesan karena iklan itu sedikit menyentuh hati. Namun dari korelasi antara dua hal tadi simpati saya menjadi hilang terhadapnya. Tidak mungkin kalau ia benar-benar ingin mensejahterakan rakyat, ia akan membiarkan tayangan tersebut disiarkan. Tidak mungkin jika ia benar-benar ingin membangun bangsanya ia akan membiarkan anak-anak bangsa melahap mentah-mentah adegan-adegan seperti itu, yang sama sekali tidak ada manfaatnya bagi perkembangan mereka. Saya rasa ia masih mengejar ratting, mengejar keuntungan, profit oriented. Bukan kualitas tayangan. Padahal, sudah ada beberapa stasiun televisi swasta sekarang yang benar-benar memperhatikan mutu dan kualitas setiap tayangannya. Saya bukan siapa-siapa di sini. Hanya penonton, yang mencoba sedikit berpikir. Mungkin bagi sebagian orang saya terlalu membuatnya serius. Lha namanya sinetron, pastilah untuk hiburan. Ya, saya tahu itu. Pertama saya menonton juga saya sedikit terhibur karena bisa melupakan masalah saya sejenak dan berganti menonton, menikmati masalah tokoh dalam tayangan, namun lama-kelamaan saya muak. Mungkin masyarakat benar-benar butuh hiburan setelah seharian bekerja, dan sebagian masyarakat mentah-mentah menikmati tayangan itu. Namun saya rasa di zaman yang serba global ini sangat perlu tayangan yang bukan hanya menghibur tapi juga mengedukasi penontonnya. Saya berharap tayangan seperti tersebut di atas akan segera tergantikan dengan tayangan yang bermutu dan berkualitas.

Kembali lagi ke topik awal. Adik saya laki-laki. Saya tidak mengerti apakah semua anak laki-laki itu belajar hanya sekedar mengerjakan PR atau adik saya saja yang malas. Yang jelas, sampai sekarang saya belum bisa mengajaknya belajar di luar mengerjakan PR, juga orangtua saya. Kami sudah membujuknya dengan berbagai cara, dengan memberitahu akan kemungkinan-kemungkinan masa depannya jika ia belajar dan tidak belajar. Ditambah ia sekarang kerjaannya hanya bermain game online yang ada di hpnya. Padahal satu-dua tahun lalu ia masih bermain di lapangan bersama teman-temannya seharian penuh.

Saya pusing juga memikirkan hal ini. Belum juga masalah lain. Belum juga masalah saya sendiri. Apalagi saya selalu merasa bahwa saya tidak bisa berbuat banyak, terutama untuk masalah adik saya. What should I do?

Dari cerita barusan kesannya saya peduli banget ya sama banyak masalah, padahal saya juga agak gimana gitu mengetik tulisan di atas. Saya hanya nggak tahu harus menuliskan apalagi. Intinya saya masih egois. Lho kenapa begitu? Karena saya masih lebih antusias untuk memikirkan hal-hal yang saya suka kerjakan, tentang impian-impian saya yang sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang nyata. Hm, begini deh. Biar saya nggak membelok dari tema yang sebenarnya lagi (karena sebenarnya tema hari ini bukanlah tema diaturan awal-how silly I am, hari kedua saja sudah melanggar aturan sendiri), besok saya akan menulis sedikit tentang mimpi.

Terakhir saya mengingatkan kalian agar jangan ragu untuk  berkomentar (opini, saran, kritik, dll) agar tullisan saya bisa lebih baik lagi. Jangan ragu-ragu, yuk langsung tulis dibawah! See you.^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar