Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Selamat malam!
Anggap saja tema
hari ini adalah Televisi.
Langsung saja ya, let me tell you a story.
Seharian ini, banyak hal yang membuat
saya kesal. Salah satunya saya jengkel dengan adik saya yang tidak mau belajar,
padahal ia sudah memasuki semester terakhirnya di sekolah dasar. Ia justru
lebih suka menonton sinetron di salah satu stasiun televisi swasta berceritakan
anak sekolah yang kerjaannya hanya geng-gengan, kebut-kebutan, berkelahi di
jalan, juga kisah ibu tiri yang mencoba merebut pacar anak tirinya.
Saya kemudian teringat bahwa
pemilik stasiun televisi tersebut mempunyai semacam partai, yang ia iklankan di
stasiun televisinya sendiri dan mungkin di media miliknya yang lain, saya
kurang tahu. Iklan itu memperlihatkan bahwa ia begitu peduli terhadap rakyat. Saya
sempat terkesan karena iklan itu sedikit menyentuh hati. Namun dari korelasi
antara dua hal tadi simpati saya menjadi hilang terhadapnya. Tidak mungkin
kalau ia benar-benar ingin mensejahterakan rakyat, ia akan membiarkan tayangan
tersebut disiarkan. Tidak mungkin jika ia benar-benar ingin membangun bangsanya
ia akan membiarkan anak-anak bangsa melahap mentah-mentah adegan-adegan seperti
itu, yang sama sekali tidak ada manfaatnya bagi perkembangan mereka. Saya rasa
ia masih mengejar ratting, mengejar
keuntungan, profit oriented. Bukan kualitas
tayangan. Padahal, sudah ada beberapa stasiun televisi swasta sekarang yang
benar-benar memperhatikan mutu dan kualitas setiap tayangannya. Saya bukan
siapa-siapa di sini. Hanya penonton, yang mencoba sedikit berpikir. Mungkin bagi
sebagian orang saya terlalu membuatnya serius. Lha namanya sinetron, pastilah
untuk hiburan. Ya, saya tahu itu. Pertama saya menonton juga saya sedikit
terhibur karena bisa melupakan masalah saya sejenak dan berganti menonton, menikmati
masalah tokoh dalam tayangan, namun lama-kelamaan saya muak. Mungkin masyarakat
benar-benar butuh hiburan setelah seharian bekerja, dan sebagian masyarakat
mentah-mentah menikmati tayangan itu. Namun saya rasa di zaman yang serba
global ini sangat perlu tayangan yang bukan hanya menghibur tapi juga
mengedukasi penontonnya. Saya berharap tayangan seperti tersebut di atas akan segera
tergantikan dengan tayangan yang bermutu dan berkualitas.
Kembali lagi ke topik awal. Adik saya
laki-laki. Saya tidak mengerti apakah semua anak laki-laki itu belajar hanya
sekedar mengerjakan PR atau adik saya saja yang malas. Yang jelas, sampai sekarang
saya belum bisa mengajaknya belajar di luar mengerjakan PR, juga orangtua saya.
Kami sudah membujuknya dengan berbagai cara, dengan memberitahu akan
kemungkinan-kemungkinan masa depannya jika ia belajar dan tidak belajar. Ditambah
ia sekarang kerjaannya hanya bermain game online yang ada di hpnya. Padahal satu-dua
tahun lalu ia masih bermain di lapangan bersama teman-temannya seharian penuh.
Saya pusing juga memikirkan hal
ini. Belum juga masalah lain. Belum juga masalah saya sendiri. Apalagi saya
selalu merasa bahwa saya tidak bisa berbuat banyak, terutama untuk masalah adik
saya. What should I do?
Dari cerita barusan kesannya saya
peduli banget ya sama banyak masalah, padahal saya juga agak gimana gitu mengetik tulisan di atas. Saya hanya
nggak tahu harus menuliskan apalagi. Intinya
saya masih egois. Lho kenapa begitu? Karena saya masih lebih antusias untuk
memikirkan hal-hal yang saya suka kerjakan, tentang impian-impian saya yang
sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang nyata. Hm, begini deh. Biar saya nggak membelok dari tema yang sebenarnya
lagi (karena sebenarnya tema hari ini bukanlah tema diaturan awal-how silly I
am, hari kedua saja sudah melanggar aturan sendiri), besok saya akan menulis
sedikit tentang mimpi.
Terakhir saya mengingatkan kalian
agar jangan ragu untuk berkomentar (opini,
saran, kritik, dll) agar tullisan saya bisa lebih baik lagi. Jangan ragu-ragu,
yuk langsung tulis dibawah! See you.^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar