Sabtu, 1 Agustus
2015, 22:34 WIB
Malam ini tiba-tiba
niatku untuk menulis bangkit. Rasanya ingin sekali. Tau kenapa? Karena aku ingin mencurahkan sedikit isi hatiku untuk
salah satu sahabatku yang hari ini berangkat ke Pulau Bali.
Aku bisa
dibilang dekat dengannya, bisa juga tidak. Kepribadian kami yang bertolak
belakang membuat kami cukup sulit untuk akrab. Dia periang, supel, dan cerewet,
sedangkan aku sebaliknya. Kalem, lebih banyak diam di luar. Tiga tahun bukanlah
waktu yang lama untuk ku tahu segala hal tentangnya. Hanya sedikit sekali yang
ku tahu tentangnya. Sedikit saja. Huh, sahabat macam apa aku ini?
Ku pikir, aku
tak akan terikat secara emosional dengannya. Oh ya, kita memang mengaku
bersahabat. Tapi kadang, aku masih canggung berdua dengannya, aku jarang
berkomunikasi dengannya, aku hampir belum pernah curhat padanya. Mungkin ia pun
merasa begitu. Kita hanya dipaksa untuk dekat oleh sebuah hubungan persahabatan
yang berjumlah tujuh orang.
Nah, hari ini
dia berangkat ke Bali untuk melanjutkan studinya (aku tidak tahu jam berapa
tepatnya). Sebabnya dia berhasil lolos di
salah satu tempat kuliah idamannya di Bali, di jurusan yang ia minati pula. Aku ikut
berbahagia untuknya, sekaligus iri.
Kemarin aku sudah
mengontaknya secara pribadi setelah tahu dari pmnya di BBM bahwa ia akan
berangkat ke Bali esok hari. Aku ingin mengatakan padanya bahwa aku akan
benar-benar merindukannya, tapi yang kulakukan hanyalah mengetik pesan-pesan
sederhana. Padahal aku ingin sedikit menulis berlebihan seperti remaja-remaja
lain, tapi rasanya jika dengan dia aku tidak bisa soalnya dia balesnya aja
nggak pake emotikon*tears. Tapi aku tahu itu memang kebiasannya.
Hari ini, di malam
yang telah larut ini, aku tiba-tiba ingin mengobrol dengannya. Menanyakan bagaimana
rasanya Bali, apakah sudah bertemu bule, atau hal-hal lainnya yang menyenangkan. Namun aku berpikir
kalau-kalau dia sudah tidur atau lelah. Aku pun mengurungkan niatku. Padahal
saat ini rasanya aku sudah kangen dia. Membuatku lagi-lagi jadi makhluk
melankolis. Oh God, ternyata aku menyayanginya, meski mungkin dia tak menyadarinya. Biarlah, yang penting aku di sini selalu mendoakannya, selalu
mengingatnya di dalam hati. Take care ya Lin, di sana. Gapai impianmu, kejar
cita-citamu.
Ternyata sudah
pergantian hari ya, tidak terasa. Baiknya, ku akhiri dulu tulisan ini. Terimakasih sudah membuatku menulis, Lin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar