Malam ini saya kembali terhanyut oleh suasana malam di kamar. Sebuah penerangan dari lampu belajar, sayup-sayup alunan lagu dari radio, dan secangkir white capuccino. Hanya itu, namun cukup memberi sebuah kenyaman tersendiri bagi saya. Meski buku-buku pelajaran tercecer di mana-mana.
Teringat siang tadi, saat saya
presentasi explanation text dengan
teman satu kelompok. Teringat betapa berantakannya saya menyajikan materi
presentasi. Kacau-balau, lebih karena kurang persiapan dalam materi dan mental.
Saya terlalu menganggap enteng. Sudah agak pesimis juga sebenarnya, mengingat
teman satu kelompok saya kemampuan kognitifnya berada di atas saya. Presentasi
berlangsung, dan saya sukses menjadi penyaji terburuk. Lebih dari itu, saya
kecewa karena merasa tidak dihargai.
Saya lalu teringat pada tugas
saya sebagai seorang Koki Kaca. Kelompok saya belum memulai untuk terbitan yang
ke-2, hanya baru menentukan tema saja. Saya sudah agak tidak bersemangat, lebih
karena kelelahan harus jalan Jogja-Wates. Karena kesulitan bertemu dengan dua
rekan satu kelompok juga. Dan tiba-tiba saya merasa tidak yakin. Apakah saya
bisa seandainya mewawancarai narasumber seorang diri? Mencari tempat pertemuan
saja sudah pusing rasanya, karena saya tidak tahu menahu tempat-tempat dan
jalan di Jogja. Padahal untuk terbitan
yang pertama kemarin, saya begitu bersemangat dan mengesampingkan hal itu.
Alhasil saya melewatinya dengan cukup baik. Namun entahlah ke mana semangat itu
sekarang.
Lalu saya membuka twitter. Di
situ saya menemukan sebuah tweet dari akun Merry Riana yang diretweet following
saya. Tentu kalian tahu kan, Merry Riana sang gadis sejuta dolar? Ya, akhirnya
saya membuka akun Merry Riana tersebut. Membaca kicauan-kicauan di sana.
Kemudian sudut bibir saya terangkat. Semangat saya kembali menyala, meski kecil
dan perlahan-lahan. Dan detik itu juga saya tahu, saya hanya membutuhkan
suntikan motivasi baru.
Jum’at, 12 September 2014
0:09 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar