Kamis, 18 September 2014

Di Satu Malamku



Malam ini saya kembali terhanyut oleh suasana malam di kamar. Sebuah penerangan dari lampu belajar, sayup-sayup alunan lagu dari radio, dan secangkir white capuccino. Hanya itu, namun cukup memberi sebuah kenyaman tersendiri bagi saya. Meski buku-buku pelajaran tercecer di mana-mana.

Teringat siang tadi, saat saya presentasi explanation text dengan teman satu kelompok. Teringat betapa berantakannya saya menyajikan materi presentasi. Kacau-balau, lebih karena kurang persiapan dalam materi dan mental. Saya terlalu menganggap enteng. Sudah agak pesimis juga sebenarnya, mengingat teman satu kelompok saya kemampuan kognitifnya berada di atas saya. Presentasi berlangsung, dan saya sukses menjadi penyaji terburuk. Lebih dari itu, saya kecewa karena merasa tidak dihargai.

 Saya lalu teringat pada tugas saya sebagai seorang Koki Kaca. Kelompok saya belum memulai untuk terbitan yang ke-2, hanya baru menentukan tema saja. Saya sudah agak tidak bersemangat, lebih karena kelelahan harus jalan Jogja-Wates. Karena kesulitan bertemu dengan dua rekan satu kelompok juga. Dan tiba-tiba saya merasa tidak yakin. Apakah saya bisa seandainya mewawancarai narasumber seorang diri? Mencari tempat pertemuan saja sudah pusing rasanya, karena saya tidak tahu menahu tempat-tempat dan jalan di Jogja.  Padahal untuk terbitan yang pertama kemarin, saya begitu bersemangat dan mengesampingkan hal itu. Alhasil saya melewatinya dengan cukup baik. Namun entahlah ke mana semangat itu sekarang.

Lalu saya membuka twitter. Di situ saya menemukan sebuah tweet dari akun Merry Riana yang diretweet following saya. Tentu kalian tahu kan, Merry Riana sang gadis sejuta dolar? Ya, akhirnya saya membuka akun Merry Riana tersebut. Membaca kicauan-kicauan di sana. Kemudian sudut bibir saya terangkat. Semangat saya kembali menyala, meski kecil dan perlahan-lahan. Dan detik itu juga saya tahu, saya hanya membutuhkan suntikan motivasi baru.

 Jum’at, 12 September 2014

0:09 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar