Kamis, 17 April 2014

Entahlah

 Dia memulai aksinya. Di saat ujian akhir sekolah sudah berjalan selama satu jam dua puluh menit. Sepuluh menit lagi bel berbunyi tanda waktu mengerjakan habis. Ia mengeluarkan handphone bututnya dari saku celana. Aku tahu mengapa ia menggunakan handphone butut dan jelek adalah mungkin agar ia tak rugi bila hpnya disita karena ketahuan membawa hp.
Lalu ia mulai mengetik sms. Aku tak tahu apa yang dketiknya dan untuk siapa sms itu dikirim. Tidak terlihat dari tempatku duduk. Namun tak berapa lama kemudian aku melihat cowok itu menulis di lembar jawabnya. Dan dalam sekejap kolom pilihan ganda yang semula kosong mlompong pada lembar jawabnya menjadi terisi penuh.
“Gila!” aku berkata tanpa suara.
Tiba-tiba dia menengok ke arahku. Aku menelan ludah. Ketahuan deh kalau aku memperhatikan tingkahnya daritadi. Tapi yang terjadi kemudian adalah dia hanya mengangkat sebelah alisnya yang tebal.
“Pinjem tip-x,” katanya tegas menyiratkan bahwa ia tak mau ada penolakan. Lalu ia menengadahkan tangan kanannya.
Hah? Aku kaget. Baru sadar kalau sedari tadi aku menggenggam tip-x erat-erat. Setelah sadar aku langsung menyerahkan tip-x itu kepadanya dengan cepat.
Kemudian dia tersenyum. Bukan senyum tulus, berterimakasih, atau apa, tapi senyumnya seolah menertawakanku. Aku tersinggung. Hey, apa yang dia tertawakan? Apanya yang lucu? Huft, dia itu menyebalkan sekali. Kakak kelasku yang bernama Ray ini. Bukan, bukan karen namanya terpampang di dada kanan kemeja seragamnya. Bukan juga karena kartu ujian yang ia letakkan sembarangan di atas meja. Aku sudah tahu orang ini semenjak awal masuk SMA ini. Dia adalah anggota OSIS yang kelakuannya paling buruk, dia adalah biang onar sekolah, tidak patuh kepada guru-guru, dan selalu terlambat masuk kelas. Tak terkecuali saat ujian seperti sekarang. Ia tetap terlambat. Walaupun begitu karena postur tubuhnya yang tinggi, karena wajahnya yang menurut sebagian siswi di sini ganteng, dia jadi mempunyai banyak penggemar. Kata penggemarnya sih dia itu seperti tokoh cowok cool di novel-novel gitu. Hel to the low. Aku suka membaca novel dan menurutku orang yang disampingku ini tidak cocok untuk menjadi tokoh utama sebuah novel pun.
“Nih,” katanya mengagetkanku. Ia mengembalikan barang yang tadi dipinjamnya.
“Hm, sama-sama,”jawabku. Dia langsung tertawa. Tawanya seperti pelampiasan. Seperti ia sudah menahan tawanya selama bertahun-tahun. Ruangan yang semula hening menjadi penuh akan suara tawanya. Semua orang di ruangan ini menengok ke pojok kanan belakang. Tempatku dan kakak sialan ini berada. Dia terus tertawa, sampai bu Ratna, guru yang terkenal killer di sekolah kami---yang kebetulan bertugas mengawasi ruangan kami saat ini, berkata dengan suara keras.
“Ada apa Prasetya?” tanya bu Ratna. Beliau memang biasa memanggil muridnya dengan nama belakangnya.
“Ini Bu, ada semut gelitikin saya,” katanya tanpa rasa takut sedikitpun. Kali ini anak-anak yang lain tertawa.
“Sudah-sudah ayo fokus mengerjakan lagi, waktu tinggal lima menit. Untuk kau Prasetya, jika kau sudah selesai, cepat keluar.”
“Ah Ibu tahu saja kalau saya memang sudah selesai.”
Ia lalu beranjak dari duduknya. Sebelum benar-benar pergi ia berkata padaku.
“Jangan lupa balikin tip-x nya ke siapa tuh, Mala atau Rara? Dan ngapain lo coret-coret pipi lo? Jadi kayak kumis kucing.”
Ia lalu pergi. Meninggalkanku yang ditertawai anak-anak lain yang mendengarnya berkata barusan. Baru sadar kalau tip-x ini bukan milikku, tapi milik Mara, temanku yang duduk di depanku. Baru sadar kalau pipiku tercoret pulpen.
Jadi yang daritadi dia tertawakan itu aku? Oh Lord, malunyaaa.


end(?)


Hallooo. Jadi ceritanya ini cerpen dibuat di kelas waktu aku lagi bosen-bosennya ngedengerin pelajaran yang aku gak mudeng. Yaudah deh, mending nulis kan daripada bengong atau tidur? Hehehehehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar