Dia
memulai aksinya. Di saat ujian akhir sekolah sudah berjalan selama
satu jam dua puluh menit. Sepuluh menit lagi bel berbunyi tanda waktu
mengerjakan habis. Ia mengeluarkan handphone bututnya dari saku
celana. Aku tahu mengapa ia menggunakan handphone butut dan jelek
adalah mungkin agar ia tak rugi bila hpnya disita karena ketahuan
membawa hp.
Lalu ia
mulai mengetik sms. Aku tak tahu apa yang dketiknya dan untuk siapa
sms itu dikirim. Tidak terlihat dari tempatku duduk. Namun tak berapa
lama kemudian aku melihat cowok itu menulis di lembar jawabnya. Dan
dalam sekejap kolom pilihan ganda yang semula kosong mlompong pada
lembar jawabnya menjadi terisi penuh.
“Gila!” aku berkata tanpa suara.
Tiba-tiba
dia menengok ke arahku. Aku menelan ludah. Ketahuan deh kalau aku
memperhatikan tingkahnya daritadi. Tapi yang terjadi kemudian adalah
dia hanya mengangkat sebelah alisnya yang tebal.
“Pinjem
tip-x,” katanya tegas menyiratkan bahwa ia tak mau ada penolakan.
Lalu ia menengadahkan tangan kanannya.
Hah?
Aku kaget. Baru sadar kalau sedari tadi aku menggenggam tip-x
erat-erat. Setelah sadar aku langsung menyerahkan tip-x itu kepadanya
dengan cepat.
Kemudian
dia tersenyum. Bukan senyum tulus, berterimakasih, atau apa, tapi
senyumnya seolah menertawakanku. Aku tersinggung. Hey, apa yang dia
tertawakan? Apanya yang lucu? Huft, dia itu menyebalkan sekali. Kakak
kelasku yang bernama Ray ini. Bukan, bukan karen namanya terpampang
di dada kanan kemeja seragamnya. Bukan juga karena kartu ujian yang
ia letakkan sembarangan di atas meja. Aku sudah tahu orang ini
semenjak awal masuk SMA ini. Dia adalah anggota OSIS yang kelakuannya
paling buruk, dia adalah biang onar sekolah, tidak patuh kepada
guru-guru, dan selalu terlambat masuk kelas. Tak terkecuali saat
ujian seperti sekarang. Ia tetap terlambat. Walaupun begitu karena
postur tubuhnya yang tinggi, karena wajahnya yang menurut sebagian
siswi di sini ganteng, dia jadi mempunyai banyak penggemar. Kata
penggemarnya sih dia itu seperti tokoh cowok cool di novel-novel
gitu. Hel to the low. Aku suka membaca novel dan menurutku orang yang
disampingku ini tidak cocok untuk menjadi tokoh utama sebuah novel
pun.
“Nih,”
katanya mengagetkanku. Ia mengembalikan barang yang tadi dipinjamnya.
“Hm,
sama-sama,”jawabku. Dia langsung tertawa. Tawanya seperti
pelampiasan. Seperti ia sudah menahan tawanya selama bertahun-tahun.
Ruangan yang semula hening menjadi penuh akan suara tawanya. Semua
orang di ruangan ini menengok ke pojok kanan belakang. Tempatku dan
kakak sialan ini berada. Dia terus tertawa, sampai bu Ratna, guru
yang terkenal killer di sekolah kami---yang kebetulan bertugas
mengawasi ruangan kami saat ini, berkata dengan suara keras.
“Ada
apa Prasetya?” tanya bu Ratna. Beliau memang biasa memanggil
muridnya dengan nama belakangnya.
“Ini
Bu, ada semut gelitikin saya,” katanya tanpa rasa takut sedikitpun.
Kali ini anak-anak yang lain tertawa.
“Sudah-sudah
ayo fokus mengerjakan lagi, waktu tinggal lima menit. Untuk kau
Prasetya, jika kau sudah selesai, cepat keluar.”
“Ah
Ibu tahu saja kalau saya memang sudah selesai.”
Ia lalu
beranjak dari duduknya. Sebelum benar-benar pergi ia berkata padaku.
“Jangan
lupa balikin tip-x nya ke siapa tuh, Mala atau Rara? Dan ngapain lo
coret-coret pipi lo? Jadi kayak kumis kucing.”
Ia lalu
pergi. Meninggalkanku yang ditertawai anak-anak lain yang
mendengarnya berkata barusan. Baru sadar kalau tip-x ini bukan
milikku, tapi milik Mara, temanku yang duduk di depanku. Baru sadar
kalau pipiku tercoret pulpen.
Jadi
yang daritadi dia tertawakan itu aku? Oh Lord, malunyaaa.
end(?)
Hallooo.
Jadi ceritanya ini cerpen dibuat di kelas waktu aku lagi
bosen-bosennya ngedengerin pelajaran yang aku gak mudeng. Yaudah deh,
mending nulis kan daripada bengong atau tidur? Hehehehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar