Rabu, 19 Februari 2014

postingan pertamaaa


hai! :)
Ini postingan pertama saya. Bingung mau post apa, dan akhirnya saya memutuskan untuk posting cerpen saya. jelek sih tapi juga namanya aja baru belajar.
happy reading!

Menunggu Pelangi

            Masa SMP bagiku adalah masa yang sangat menyenangkan. Masa-masa di mana aku bisa merasakan senang, sedih, tawa, dan tangis dalam waktu hampir bersamaan. Itu karena aku punya banyak teman sekelas yang luar biasa ajaibnya. Salah satunya adalah Rajeng.
Nama lengkapnya adalah Rajeng Alissa. Panggilannya Rajeng. Kulitnya hitam namun manis, orangnya baik, lucu dan ramah. Dia selalu menebar senyum manisnya saat bertemu dengan orang yang dikenalnya. Dia sangat senang dan pintar dalam bermain basket.
            Dia selalu berhijab ke manapun ia pergi. Saat sekolah, saat bermain, belajar kelompok, saat bermain basket pun jilbab masih setia menghiasi kepalanya. Membuat ia ku kenal sebagai pemain basket yang solihah. Bukan hanya karena ia berjilbab, tapi juga karena hatinya yang serupa penampilannya.
            Basket adalah olahraga yang sering sekali menjadi menu dalam pelajaran olahraga di sekolah. Karena itu tak sedikit lulusan sekolahku yang sukses dalam basket di sekolah mereka selanjutnya. Mungkin Rajeng pun bersekolah di sini karena ini. Tapi entahlah, yang pasti aku bersyukur bisa mengenalnya dan menjadi temannya.
            Seperti sekolah lainnya, di akhir semester SMPku mengadakan class meeting. Ada beberapa perlombaan yang diadakan oleh sekolah, tapi yang paling terkenal adalah lomba basket antar kelas. Lomba basket antar kelas merupakan perlombaan yang sudah seperti tradisi di sekolahku. Rasanya classmeeting belumlah berarti tanpa adanya lomba basket.  
Dan di saat itulah kelasku¾kelas IX F, unjuk kebolehan. Kelasku memang kelas yang dipenuhi dengan cewek-cewek yang pintar dalam bermain basket. Tapi yang paling pintar ya siapa lagi kalau bukan Rajeng dan Mega. Mereka berdua menjadi suatu keunggulan tersendiri dalam kelas kami. Aku sih paling hanya menjadi cadangan. Dalam lomba basket antar kelas, memang kerap sekali kelasku menjadi juara 1 untuk yang putri. Kalau yang putra, kelasku hanya mentok sampai juara 3.
Lomba basket itu juga sering menimbulkan permusuhan antar kelas. Tidak supporter, tidak pemain, sama saja. Semua musuhan. Yang supporter biasanya gara-gara saling mengejek waktu kelasnya bertanding. Yang pemain biasanya karena bermainnya kasar lah, egois lah, rebutan bola lah (kalau yang ini kebanyakan yang pemain putri), dan lain sebagainya. Tapi meski begitu, kita semua tetap menikmatinya, toh lama-lama permusuhan akan mereda dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
^^^^
            Aku, Rajeng dan beberapa teman lainnya seperti Dira, Tami, Rara, dan Ratri sering berolahraga bersama menjelang kelulusan SMP. Olahraganya apalagi kalau bukan basket.  Kami melakukan hal itu pada minggu pagi di lapangan basket sekolah. Di mulai dengan pemanasan kecil, lalu bermain basket tiga lawan tiga. Tidak lama, karena memang biasanya kita langsung capek karena hanya berlari mengikuti permainan Rajeng, Dira dan Tami yang dominan. Lalu ketika haus kami pergi membeli minum di tempat Pak Gun yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Setelah itu, jika hari belum terlalu siang kita bersepeda santai di alun-alun kota.
            Di lain kesempatan, kita juga sering berolahraga dengan hanya belajar memasukkan bola ke dalam ring sebanyak-banyaknya sampai kita lelah, atau belajar lay up, dan belajar memasukkan bola ke dalam ring dalam jarak tertentu. Jarak tertentu itu menurutku sangat jauh karena bolaku selalu saja tidak bisa mencapai ring. Pasti saja di depannya. Dan aku selalu terkagum-kagum melihat Rajeng yang bisa memasukkan bola dalam jarak tertentu itu dengan mulus dan bisa sampai masuk.
            Aku juga masih ingat terakhir kali kita berolahraga bersama. Saat itu adalah minggu pagi seperti biasanya. Kicau burung masih terdengar. Matahari masih malu menampakkan sinarnya. Waktu aku tiba di tempat, Rajeng terlihat sedang mendribble bola dan Ratri sedang menglilingi lapangan dengan sepeda merahnya.
            Waktu itu seperti sebelum-sebelumnya, kita bermain basket hingga lelah lalu membeli minum ke tempat Pak Gun. Setelah itu kita kembali ke lapangan sekolah. Entah siapa yang memulai, kita mulai bernarsis-narsis ria. Kita berpose di lapangan, di dekat ring, duduk, berdiri, di sepeda, membawa bola basket, sampai di depan kelas kita¾IX F.
            “biar besok bisa mengenang masa-masa waktu masih di sini,” kata Rara si empunya ide.
            Kini kita semua telah berpisah. Menapaki jalan hidupnya masing-masing. Aku mendaftar di sekolah yang berbeda dengan teman sepermainanku itu. Aku mendaftar di sebuah SMA negeri Favorit di daerahku. Dira di SMK yang dekat dengan SMP kita, dan Ratri di SMA lain. Sedangkan Rajeng, Tami, Rara, di SMK yang sama. Meski begitu kita masih sering berkomunikasi.
^^^^
            Hari ini akhirnya kita berkumpul kembali setelah berbulan – bulan tidak bertemu. Rasa kangen, haru, bahagia, semua terkumpul menjadi satu. Kita saling bercerita tentang sekolah kita yang baru, MOS, teman-teman yang baru, keadaan sekolah, guru, dan lain-lain. Juga tentang ekstra apa yang kita jalani, sesibuk apa kita sekarang.
            “eh Rajeng kalo kamu ikut ekstra apa? Basket ya?” tanyaku
            “haha ya iyalah. Sama drumband juga, di suruh soalnya.” Katanya sambil manyun. Di sekolah Rajeng memang begitu aturannya, bahwa siswa junior alias kelass sepuluh yang baru saja masuk harus mengikuti ekstra wajib. Ada dua pilihannya, yaitu drumband dan tonti.
            “eh kalo pertandingan basket se Provinsi itu kapan ya? Kamu ikut kan Jeng?” Tanya Tami
            “besok bulan maret. Iya aku ikut seneng banget deh.”katanya riang
            “cie hebat deh temenku…eh kayaknya sekolahku juga ikut tuh, wah sekolah kita saingan dong,” kataku
            “hahaha nggak papa yang penting kita enggak kan.”katanya sambil merangkulku
^^^^
Berminggu – minggu kemudian…
            Aku menemukan sebuah status di beranda facebookku.
Rajeng Alisssa
Sakit banget ya Allah, berikanlah kesembuhan untukku L
5 × Like × Comment × Share
            Aku mengerutkan kening. Sedetik kemudian aku mengetikkan beberapa kata di kolom comment.
Rajeng Alissa
Sakit banget ya Allah, berikanlah kesembuhan untukku L
5 × Like × Comment × Share
Relishia Amanda
Kenapa e jeng?
Rajeng Alissa
Gapapa Shi :’)
            Aku yakin kalau sudah begini pasti Rajeng tidak mau cerita. Tapi aku masih penasaran. Akhirnya aku pun SMS Tami menanyakan perihal tersebut. Lima menit kemudian Tami membalas SMSku.
1 pesan diterima
            Rajeng ada masalah sama tangan kanannya Shi, dan minggu lalu baru aja dioperasi.
            Aku belum cukup puas dengan jawaban Tami, dan akhirnya kembali kuketikkan balasan.
            Masalah tangan maksudnya?? Kok ga ada yang ngabari aku?
1 pesan diterima
            Tangannya sakit. Maaf Shi aku juga belum lama tahu. Temen-temen sekelasnya kayak pada ngerahasiain gitu deh.
            Oh oke gapapa. Udah jengukin belum kamu?
            Belum Shi, bareng yukkk
            Yaudah ayok!
            Akhirnya percakapanku dengan Tami menghasilkan sebuah rencana. Menjenguk Rajeng.
^^^^
            Cuaca minggu sore yang mendung tak menghalangiku untuk pergi ke rumah Tami. Bukan tujuan sebenarnya tentunya, namun aku hanya akan menjemput dia lalu pergi lagi ke rumah Rajeng bersama. Sebenarnya Rara juga ingin ikut, tapi sekarang dia malah ada acara. Akhirnya kita pun hanya berdua.
            Sampai di sana kita di sambut dengan senyuman manis Rajeng.  Dia benar – benar tidak mengira kita akan ke sini. Bila di lihat dari luarnya, tampaknya dia sehat-sehat saja. Tampi entahlah bagaimana perasaan hatinya.
            Setelah dipersilakan masuk, kita memulai percakapan sembari menonton televisi.
            “Jeng, gimana keadaan kamu? Udah baikan?”
            “udah kok Alhamdulillah, makasih ya udah mau jenguk,” kata Rajeng sambil tersenyum manis.
            “kamu sakit apa sih Jeng?” tanyaku penasaran. Aku memang belum dapat informasi yang pasti tentang sakit Rajeng
            “cidera tangan kanan Shi, gara-gara jatuh dari motor. Tapi sekarang udah nggak apa-apa kok, udah dioperasi minggu kemarin.”
            “yaampun jeng, kok nggak kabar-kabar sih ke kita.”
            “iya nih, untung aku Tanya teman sekelasmu, Jeng.” Kata Tami
            “hahaha ya maaf deh tapi sekarang udah lihat kan aku nggak apa-apa,” katanya sambil tersenyum
            “terus ada yang perlu dihindari nggak?”
            “ya hanya disuruh minum obat sih sama nggak boleh bawa yang berat-berat, termasuk main basket.” Ada perasaan sedih saat rajeng mengucapkan kata terakhir.
            “apa Jeng? Nggak boleh main basket? Serius?”tanyaku yang masih terkejut
            “iya Jeng, kamu nggak bercanda kan? Berapa lama?” Tanya Tami
            “tiga tahun tanganku baru bisa sembuh total, dan tiga tahun pula aku nggak boleh main basket.”jelasnya, masih dengan tersenyum.
            Kami terdiam, masih meresapi kata demi kata yang diucapkan Rajeng barusan.
            “Rasanya kayak nonton sinetron,”celutukku tiba-tiba
            “haha iya yah hahahha. Tapi aku yakin pasti ada hikmahnya kok. Eh itu aku nggak suka banget Farel sama Luna, aku setujunya Farel sama Rachel,” kata Rajeng saat melihat adegan di TV. Sengaja mengalihkan topik.
            Sore itupun kami habiskan dengan bernostalgia dan bercanda ria. Dan kemudian aku dan Tami pulang karena hari mulai gelap karena sudah akan magrib dan mendung. Dan ternyata di perjalanan kami kehujanan. Kami pun berteduh di gubuk kecil di tepi jalan.
Hujan. Ah, pas sekali dengan perasaanku saat ini. Terlebih Rajeng. Bagaimana gadis itu bisa tetap tersenyum saat menceritakan kepedihan hatinya. Yang merenggut sebagian kebahagiannya.
            Tiba-tiba hujan berhenti. Lalu muncul pelangi. Indah sekali.
            Pelangi hadir setelah hujan. Pelangi datang memberikan keindahannya. Ah, pasti  Rajeng sedang menunggu pelanginya saat ini.