Bismillahirrohmanirrohim....
Entah ada angin apa, aku duduk bersila
di kursi plastik di kamar pribadiku. Menghadap ke sebuah meja yang kusebut meja
belajar, dengan jari-jari mengetik di tombol-tombol keyboard laptop, kembali
melakukan apa yang sudah lama aku tinggalkan.
Buku yang semula sedang aku baca—mengenai
kisah dari salah seorang 4 wanita penghuni surga—kuletakkan sejenak di
sampingnya. Buku itu kupinjam dari seorang sepupu yang sangat hobi membaca buku.
Meski belum bisa membeli buku-buku yang aku inginkan, setidaknya aku bisa
meminjamnya dari orang-orang—yang Alhamdulillah saat ini selalu berlimpah
kebaikannya sehingga mau meminjamiku—bagiku sekarang, bukan punya fisik buku
tersebut namun punya ilmunya, ibarat mengenggamnya dalam hati dan akal. Intinya, sekarang pengin baca buku sebanyak mungkin.
Pagi dengan langit kelabu Kulonprogo.
Pagi yang kesekian kalinya mendorong diri untuk mencurahkan sedikit kisah,
berharap bisa memberi inspirasi, walau sedikit.
Tidak terasa, setahun telah
berlalu. Waktu kini cepat sekali berlari. Bahkan aku masih terlena, masih belum
sadar harusnya aku sudah harus memperbarui rencana-rencanaku. Selama bergantinya
waktu ini, tentu banyak kisah kalian yang telah aku lewatkan. Momen yang
menyesakkan dada, membuat haru, atau membahagiakan? Sudah sejauh mana kalian
berkembang? Sudah sampai mana langkahmu menjejak? Aku sungguh ingin
mendengarnya, aku pun ingin berbagi cerita juga...
Takdir memang tak pernah bisa
kita terka. Ia mambawamu ke sebuah perjalanan panjang yang engkau sendiri tidak
pernah membayangkannya. Begitu pula aku. Sungguh aku tak pernah mengingat
kebaikan apa yang aku lakukan di masa lalu hingga kini aku berada di titik ini.
Sebuah lingkungan, sebuah amanah, sebuah keadaan, dengan orang-orang baik, yang
bertujuan sama, meraih ridho-Nya.
Sebentar lagi masa kuliahku
memasuki semester empat. Masa yang sangat kritis bagi kami, anak diploma tiga. Di
semester inilah kita bisa berpuas-puas menuntaskan segala amanah diri ini—amanah
untuk berkegiatan non akademik, bersosialisasi, belajar kehidupan—, amanah yang
membuahkan amanah yang lain –amanah organisasi, amanah masyarakat, atau amanah
umat—namun tetap dituntut untuk tak lalai akan amanah orangtua.
Berorganisasi. Berorganisasi adalah
hal yang sudah aku impikan sejak aku dibangku SMP bahkan SD. Namun kesempatan
itu baru bisa aku tuntaskan saat di perguruan tinggi. Menyedihkan? Tidak, aku
merasa bersyukur setidaknya aku telah berada dititik yang aku inginkan. UGM
begitu memanjakan para mahasiswa/i nya untuk berkegiatan. Aku pandang lagi
perjuanganku sejak Agustus, dua tahun yang lalu. Dari seorang gadis amatir yang
berani-beraninya mendaftar ini itu tanpa pengalaman sama sekali --dan
kebanyakan di tolaknya-- hingga kini masih menjadi gadis amatir, yang terus
berusaha menempa dirinya agar menjadi pribadi yang semakin lebih baik dan lebih
baik lagi.
Mungkin bagimu, itu terlihat tak
berguna. Apa enaknya berlelah-lelah mengelola suatu organisasi tanpa bayaran,
lelah capek, menyita waktu istirahat, menyita tenaga, menyita waktu belajar?
Ya, semua itu memang terjadi. Namun
semua itu akan terbalaskan di masa depan. Proses belajarnya, interaksinya, sukanya,
dukanya, pengalamannya, akan tertanam kuat dalam diri pribadi yang
sungguh-sungguh menjalaninya.
Selamat datang masa yang baru. Diri
ini mungkin tidak sebaik, semampu yang sebelumnya, namun aku akan berusaha. Genggam
tanganku, doakan aku, ajari aku, nasehati aku, tegur aku wahai kawan
seperjuangan. Kita melangkah bersama.
![]() |
pic from : here |
Kulonprogo, 5 Januari 2017
dini sadida
Semangat!^^
BalasHapusTetap nulis din, kok cuma sampe februari, ini kan udah desember :'(
BalasHapusSoon sering2 nulis lagi bismillah, kamu juga dong de, ditulis pengalamannya di negeri seberang
Hapus