Minggu, 07 Februari 2016

Segelas Cappuccino

Jika aku marah, berikan saja  aku segelas cappuccino

Aku akan menerimanya, aku akan meminumnya dengan semangat

Karena, kau tahu cacing-cacing di dalam sini belum mendapat asupan seharian ini

Terpaksa, apa boleh buat kan, daripada aku mati?

Walaupun kemudian berpikir,
Kenapa kamu membeli segelas cappuccino? Bukan segelas wedang jahe, mungkin?

Kenapa kamu tidak membeli ubi dan sagu, mengapa malah makanan luar negeri itu?

Dan aku tersenyum melihat adik kesenangan menyeruput dan melahapnya

Kenapa begitu.....

Miris

Kenapa tidak memberi sesuai kemampuanmu?

Asalkan kau memenuhi kewajibanmu, itu cukup bagiku.

Cambuk

Kamu tahu rasanya terpuruk? Tiada gairah untuk melakukan suatu apapun, bahkan yang biasanya membuat semangatmu meletup-letup sekalipun.

Sedih itu berasal dari dalam. Jika dari luar sih, tidak akan rasanya sesedih ini. Di saat kamu mulai ringan melangkah, di saat rencana-rencana sudah siap kamu hajar, di saat kamu mulai menikmati keadaan hidupmu yang sekarang.

Allah memang Maha Segalanya. Di pagi hari aku merasa begitu tenteram dan bersyukur, malamnya aku diberi perasaan sedih dan gelisah. Ini bukan azab atau musibah, mungkin hanyalah sebuah cambuk bagiku untuk lebih keras lagi berusaha dan bekerja dalam perjalanan hidupku di dunia yang fana ini. Sabar. La Tahzan, Innallaha Ma'ana.

Kulonprogo, 7 Februari 2016