Tadi saya mencoba mengajak adik
saya belajar. Seperti biasa ia menanggapi dengan malas-malasan. Lalu saya
teringat saat suatu hari dia menanggapi pertanyaan Ibu mengenai mengapa ia
malas belajar di rumah yang dijawabnya dengan kalimat “buat apa sekolah kalau
nggak buat belajar” yang saya tangkap di sini yaitu bahwa jika di kelas ia pasti memerhatikan
pelajaran yang sedang disampaikan jadi rasanya ia nggak perlu belajar di rumah,
gitu. Berbeda sekali dengan saya yang cenderung sulit untuk memerhatikan di
dalam kelas karena berpikir saya masih bisa belajar sendiri di rumah. Entahlah mengapa
saya lebih menyukai yang sunnah daripada terbebankan oleh kewajiban.
Lalu saya buka tasnya. Terkejutlah
saya karena barang bawaannya sangat berat, dan setelah saya hitung total semua
ada 25 buku di dalamnya. Bayangkan, dalam satu hari! Lalu saya melihat
catatan-catatannya. Meski tulisannya seperti ceker ayam, tapi saya mulai
memercayai perkataannya. Saya juga ajukan pertanyaan padanya dan ia bisa menjawabnya
dengan lancar.
Hal itu membuat saya
membandingkan keadaan saya saat ini dengannya. Di mana kesehariannya saya hanya
membawa sebuah binder saja, buku referensi tidak diwajibkan di kelas saya manapun
di semester satu ini. Jadi saya jarang meminjam buku diperpus, hanya pada saat
tugas atau akan ujian saja itupun lalu dianggurkan tidak saya baca sama sekali.
Lalu saya teringat pada salah
seorang teman yang mengeluhkan nilainya yang jelek dan sampai menyalahkan dosen
atau something like that-lah. Lha, Lu aja nggak pernah masuk kelas masak
mau dapat nilai bagus? Ke kampus tas nggak ada bukunya masa mau dapat B?
Enggak, bukan mau sok-sokan nuduh
teman saya atau apa, malah itu pelajaran bagi saya sendiri. Iya, kuliah itu emang enak banget. Ke kampus enggak
pakai seragam, kelas enggak dari pagi sampai sore, pelajarannya nggak sebanyak
pas SD-SMP-SMA, dan bolos satu-dua kali masih boleh lah enggak pakai ribet ijin
sana-sini. Saya pikir dengan itu juga membuat nilai juga lebih gampang, materi enggak
terlalu banyak jadi walau pakai sistem belajar semalam sebelum ujian juga
sanggup, enggak seperti SD-SMP-SMA yang materinya bejibun, plus otomatis itu
materi yang kita sukai (buat yang enggak salah jurusan,sih). Jadi malah rasanya
enggak pantas jika menyalahkan dosen atau keadaan jika nilai akhirnya jelek
sedangkan effort-nya aja enggak
segede anak SD jaman sekarang. Tapi kadang-kadang ada juga sih dosen yang kita
enggak tahu darimana asal ngasih
nilainya. Pokoknya, cuma Tuhan saja yang tahu pikiran dosen itu. Eh tapi itu
mungkin karena saya baru semester pertama saja, jadi tugas masih belum banyak. Auk, ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar