Sebuah Esai Motivasi
Aku
suka membaca sejak kecil. Dulu ibu dan bapak suka sekali membelikan novel
serial ‘Kecil-Kecil Punya Karya’ kepada anak-anaknya, aku dan kakak. Waktu itu aku
hanya suka membaca saja, tapi tidak suka menulis. Hanya menulis di buku harian
saja.
Namun
semakin besar aku makin ingin menjadi penulis karena hobi membaca tersebut,
hingga suatu saat aku diajak oleh seorang teman untuk mendaftar open recruitment reporter remaja di
sebuah koran lokal di Yogyakarta. Waktu itu kelas sebelas SMA, dan aku diwaktu
itu adalah seorang yang sangat pemalu dan kuper alias kurang pergaulan. Aku
merasa tidak cukup berani untuk mendaftar, namun temanku terus mendorongku
hingga akhirnya aku mendaftar dan mengikuti rangkaian seleksinya hingga aku
lolos dan diterima menjadi salah seorang reporter dalam rubrik yang dikhususkan
untuk para pelajar itu. Itu adalah pengalaman yang luar biasa. Di samping itu
adalah pengalaman pofesional pertamaku di bidang kepenulisan, aku juga
mendapatkan banyak relasi baru, teman-teman baru dari berbagai SMA se-provinsi.
Saat itu aku pun jadi ingin kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi agar aku bisa
menjadi reporter atau bekerja di bidang jurnalistik atau kepenulisan. Aku ingin
melalui tulisan-tulisanku, orang-orang bisa terinspirasi.
Tapi
dengan takdir Allah dan beberapa pertimbangan, akhirnya aku kuliah di jurusan
manajemen, karena salah satu cita-citaku adalah menjadi seorang entrepreneur. Namun aku tak memadamkan
semangatku untuk mengejar mimpi menjadi seorang penulis. Aku mendaftar UKM
(Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bergerak dalam bidang jurnalistik kampus pada
tahun pertama aku memasuki bangku perkuliahan. Jadi meski aku tidak kuliah di
jurusan komunikasi, aku tetap dapat mengembangkan diri di bidang jurnalistik
melalui UKM tersebut.
Di
saat bersamaan, aku mempunyai keinginan untuk menjadi pribadi muslimah yang
lebih baik. Maka aku juga mendaftar di salah satu organisasi kerohanian di kampus.
Di organisasi ini aku bertemu dengan teman-teman dan kakak-kakak yang sama-sama
sedang memperbaiki diri dan dapat membimbingku hingga akhirnya banyak perubahan
dalam diri ini, terutama pemahaman atas agama dan tentang dakwah. Di tempat ini
pula aku benar-benar merasakan lezatnya iman dan ukhuwah.
Aku
belajar bahwa setiap muslim adalah da’i. Bahwa kita hidup di dunia ini
dikaruniai sebagai umat terbaik. Teringat sebuah tulisan dari seorang aktivis
dakwah pascakampus, dokter Libritta Nuring Ratri
Da’wah adalah ahsanul amal
Dalam surat Fushilat (41): 33
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada
Allah, mengerjakan amal saleh, dan berkata “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri.”
Ibynu Jarir
Ath-Thabari rahimahullah mengatakan
dalam tafsirnya: Allah swt menyeru kepada manusia, siapakah yang lebih
baik perkataannya selain orang yang : mengatakan Rabb kami adalah Allah,
kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada perintah dan
larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah untuk mengatakan apa
yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakuakan.” (Tafsir Ath-Thabari,
Jami’ul Byan Fi Ta’wil Al-Qur’an, 21/468).
Maka da’wah
adalah ahsanul amal, sebaik-baiknya amal-berlandaskan keimanan, mematuhi segala
perintah dan larangan, dilanjutkan dengan mengajak orang lainpada sesuatu yang
ia sendiri katakan dan lakukan. Perhatikan bahwa aktivitas da’wah membuat kita
semakin membenahi diri, namun pembentukan pribadi muslim bukan akhirnya.
Mengajak orang lain merasakan kebahagiaan beriman yang seperti kita rasakan,
adalah sebaik-baiknya amal.
Maka
saat ini ketika aku sudah memasuki tahun ketiga dalam kuliahku dan kelulusan
akan segera menyambut, aku berfikir bagaimana caranya agar tetap bisa menjadi
da’i yang aktif. Aku pun memutuskan untuk mendaftar di Forum Lingkar Pena.
Aku
ingin terus belajar dan belajar di bidang kepenulisan agar aku bisa berdakwah
melalui tulisan. Karena zaman sekarang ini, ghozwul
fikr sudah terjadi. Perang pemikiran di mana sebuah tulisan di sosial media
atau di sebuah aplikasi chatting saja
bisa menggiring opini publik. Musuh-musuh agama memanfaatkan dengan baik hal
tersebut. Sedangkan masyarakat muslim di Indonesia sekarang ini bagai buih
dalam lautan, tak terkira jumlahnya namun mudah sekali tercerai berai. Mudah
diadu domba. Salah satu sebabnya menurutku karena kita tidak memiliki dasar
keimanan yang kuat. Kita lahir di dunia ini berasal dari keluarga muslim maka
kita pun otomatis beragama muslim namun kita tak pernah mempelajari agama kita
sendiri. Berangkat dari hal tersebut, aku ingin menjadi da’i melalui tulisan,
mengenalkan bagaimana sebenarnya agama kita, bagaimana sebenarnya Islam
Rahmatan lil Alamin ini. Aku juga ingin menularkan lezatnya iman kepada
saudara-saudara aku yang belum merasakannya.
Maka
di FLP lah tempat aku belajar kepenulisan, karena aku mempunyai visi yang sama
dengan FLP. Aku yakin orang-orang di dalamnya pun demikian, kita akan sama-sama
belajar hingga kita bisa mensyiarkan Islam lewat tulisan ke setiap
relung-relung jiwa masyarakat muslim di Indonesia dan dunia. Aku juga berharap,
FLP akan menjadi keluarga baru untukku, keluarga yang saling mengingatkan dan
menyemangati dalam berjuang di jalan Allah ini. Bismillah....