Sabtu, 07 April 2018

Aku, FLP, dan Dakwah Kepenulisan

Sebuah Esai Motivasi

Aku suka membaca sejak kecil. Dulu ibu dan bapak suka sekali membelikan novel serial ‘Kecil-Kecil Punya Karya’ kepada anak-anaknya, aku dan kakak. Waktu itu aku hanya suka membaca saja, tapi tidak suka menulis. Hanya menulis di buku harian saja.
Namun semakin besar aku makin ingin menjadi penulis karena hobi membaca tersebut, hingga suatu saat aku diajak oleh seorang teman untuk mendaftar open recruitment reporter remaja di sebuah koran lokal di Yogyakarta. Waktu itu kelas sebelas SMA, dan aku diwaktu itu adalah seorang yang sangat pemalu dan kuper alias kurang pergaulan. Aku merasa tidak cukup berani untuk mendaftar, namun temanku terus mendorongku hingga akhirnya aku mendaftar dan mengikuti rangkaian seleksinya hingga aku lolos dan diterima menjadi salah seorang reporter dalam rubrik yang dikhususkan untuk para pelajar itu. Itu adalah pengalaman yang luar biasa. Di samping itu adalah pengalaman pofesional pertamaku di bidang kepenulisan, aku juga mendapatkan banyak relasi baru, teman-teman baru dari berbagai SMA se-provinsi. Saat itu aku pun jadi ingin kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi agar aku bisa menjadi reporter atau bekerja di bidang jurnalistik atau kepenulisan. Aku ingin melalui tulisan-tulisanku, orang-orang bisa terinspirasi.
Tapi dengan takdir Allah dan beberapa pertimbangan, akhirnya aku kuliah di jurusan manajemen, karena salah satu cita-citaku adalah menjadi seorang entrepreneur. Namun aku tak memadamkan semangatku untuk mengejar mimpi menjadi seorang penulis. Aku mendaftar UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bergerak dalam bidang jurnalistik kampus pada tahun pertama aku memasuki bangku perkuliahan. Jadi meski aku tidak kuliah di jurusan komunikasi, aku tetap dapat mengembangkan diri di bidang jurnalistik melalui UKM tersebut.
Di saat bersamaan, aku mempunyai keinginan untuk menjadi pribadi muslimah yang lebih baik. Maka aku juga mendaftar di salah satu organisasi kerohanian di kampus. Di organisasi ini aku bertemu dengan teman-teman dan kakak-kakak yang sama-sama sedang memperbaiki diri dan dapat membimbingku hingga akhirnya banyak perubahan dalam diri ini, terutama pemahaman atas agama dan tentang dakwah. Di tempat ini pula aku benar-benar merasakan lezatnya iman dan ukhuwah.
Aku belajar bahwa setiap muslim adalah da’i. Bahwa kita hidup di dunia ini dikaruniai sebagai umat terbaik. Teringat sebuah tulisan dari seorang aktivis dakwah pascakampus, dokter Libritta Nuring Ratri
Da’wah adalah ahsanul amal
Dalam surat Fushilat (41): 33
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal saleh, dan berkata “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri.”
Ibynu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan  dalam tafsirnya: Allah swt menyeru kepada manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang : mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakuakan.” (Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Byan Fi Ta’wil Al-Qur’an, 21/468).
Maka da’wah adalah ahsanul amal, sebaik-baiknya amal-berlandaskan keimanan, mematuhi segala perintah dan larangan, dilanjutkan dengan mengajak orang lainpada sesuatu yang ia sendiri katakan dan lakukan. Perhatikan bahwa aktivitas da’wah membuat kita semakin membenahi diri, namun pembentukan pribadi muslim bukan akhirnya. Mengajak orang lain merasakan kebahagiaan beriman yang seperti kita rasakan, adalah sebaik-baiknya amal.
Maka saat ini ketika aku sudah memasuki tahun ketiga dalam kuliahku dan kelulusan akan segera menyambut, aku berfikir bagaimana caranya agar tetap bisa menjadi da’i yang aktif. Aku pun memutuskan untuk mendaftar di Forum Lingkar Pena.
Aku ingin terus belajar dan belajar di bidang kepenulisan agar aku bisa berdakwah melalui tulisan. Karena zaman sekarang ini, ghozwul fikr sudah terjadi. Perang pemikiran di mana sebuah tulisan di sosial media atau di sebuah aplikasi chatting saja bisa menggiring opini publik. Musuh-musuh agama memanfaatkan dengan baik hal tersebut. Sedangkan masyarakat muslim di Indonesia sekarang ini bagai buih dalam lautan, tak terkira jumlahnya namun mudah sekali tercerai berai. Mudah diadu domba. Salah satu sebabnya menurutku karena kita tidak memiliki dasar keimanan yang kuat. Kita lahir di dunia ini berasal dari keluarga muslim maka kita pun otomatis beragama muslim namun kita tak pernah mempelajari agama kita sendiri. Berangkat dari hal tersebut, aku ingin menjadi da’i melalui tulisan, mengenalkan bagaimana sebenarnya agama kita, bagaimana sebenarnya Islam Rahmatan lil Alamin ini. Aku juga ingin menularkan lezatnya iman kepada saudara-saudara aku yang belum merasakannya.
Maka di FLP lah tempat aku belajar kepenulisan, karena aku mempunyai visi yang sama dengan FLP. Aku yakin orang-orang di dalamnya pun demikian, kita akan sama-sama belajar hingga kita bisa mensyiarkan Islam lewat tulisan ke setiap relung-relung jiwa masyarakat muslim di Indonesia dan dunia. Aku juga berharap, FLP akan menjadi keluarga baru untukku, keluarga yang saling mengingatkan dan menyemangati dalam berjuang di jalan Allah ini. Bismillah....