Sudah satu tahun ia berada di bangku universitas. Kehidupannya sudah banyak berubah. Waktunya yang dulu banyak ia habiskan di ruangannya sepulang dari menimba ilmu, kini ia habiskan untuk berkegiatan hingga matahari terbenam. Mencari pengalaman tujuan awalnya, hingga kini ia sadar bahwa ia melakukannya untuk dapat menemukan versi dirinya yang terbaik.
Ia tidak pernah mengatakannya kepada keluarganya. Mereka hanya tahu anggota keluarganya pergi kuliah ke kota sebelah. Entah apa yang ia lakukan selain itu, mereka tak tahu.
Ia seringkali gagal. Mendaftar ini-itu tak jua lolos. Tapi justru membuatnya berpikir ingin belajar lebih dan lebih lagi. Saat sudah masuk pun, seringkali ia salah dan lelah. Jatuh bangun dalam mempertahankan posisi. Dia tidak pernah mengeluh. Hanya sesekali menangis, setelah itu tidak. ia terus belajar, menyadari "kalau bukan sekarang, kapan lagi?"
Ia keluar dari zona nyamannya. Bagaimana tidak? Ia yang introvert sekarang malah menjadi bagian dari divisi kaderisasi di lembaga dakwah tingkat departemen di universitasnya. Ditambah lagi menjadi pemandu di kepanitiaan pengenalan dan orientasi mahasiswa baru.
Oranglain takkan mengerti jalan pikirannya. Terkadang, dirinya sendiri pun juga tidak memahaminya. Satu yang ia pegang, bahwa apa pun yang terjadi itu semua adalah rencana Tuhan yang terbaik yang dihadiahkan bagi dirinya.
Ia banyak memiliki orang-orang baru. Tentu juga banyak kehilangan teman-teman lama. Baginya, itulah siklus kehidupan. Datang dan pergi. Ia tak pernah menahan, hanya saja ia ingin siapa pun yang pernah mengenalnya mengenangnya.
Begitu juga dengan aktivitasnya. Harinya dilahap dengan kuliah dan organisasi. Belakangan, ia sering merindukan hobi lamanya. Mengurung diri di kamarnya yang berpenerangan lampu belajar 5 watt, bersantai-santai, membaca novel, internetan, menulis. Ah, apalagi kegiatan yang terakhir itu. Ia sangat merindukannya setelah sempat ia membaca tulisan teman lamanya yang sehobi dengannya. Maka, ia pun menyempatkannya malam ini. Bahagia rasanya, dan damai.